Langsung ke konten utama

Sistem Informasi Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan Klinik Pratama Firdaus

Adanya sarana kesehatan merupakan pengaruh dari derajat kesehatan masyarakat suatu negara. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan uoaya pelayanan kesehatan, baik promotive, preventif, kurative, dan rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat (KEMENKES RI, 2021).

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2014 tentang Klinik, klinik merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan dengan menyediakan pelyanan medik dan spesialistik. Pada tahun 2020 terdapat 11.347 klinik yang ada di Indonesia baik dimiliki oleh pemerintah maupun masyarakat, yang terdiri dari 10.238 klinik pratama dan 1.109 klinik utama. Provinsi yang memiliki klinik terbanyak yaitu Sumatera Utara, sedangkan pada Provinsi DI Yogyakarta terdapat 215 klinik yang terdiri atas 193 klinik pratama dan 22 klinik utama (KEMENKES RI, 2021). Selain itu juga dijelaskan dalam Permenkes RI Nomor 14 Tahun 2021 mengenai standar kegiatan usaha dan produk pada penyelenggaraan perizinan berusaha berbasis risiko sektor kesehtan, menetapkan bahwa standar sistem perizinan berusaha harus terintegrasi secara elektronik (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

Klinik Firdaus merupakan salah satu klinik pratama yang terletak di Yogyakarta dan telah menggunakan standar perizinan yang berbasis elektronik, klinik ini juga bekerjasama dengan BPJS. Klinik Pratama Firdaus menyediakan layanan pasien umum, BPJS, Pensiunan Pertamina, dan Mahasiswa UMY dengan jenis asuransi kesehatan DSM (Dana Kesehatan Mahasiswa UMY). Total pasien Klinik Pratama Firdaus pada bulan Januari hingga Juni 2022 sebanyak 3.052, kunjungan terbanyak pada bulan Juni 2022 pada poli umum yaitu 262 pasien dan poli gigi 20 pasien. Adapun berdasarkan jenis penyakit atau diagnosis terbanyak pada bulan Juni yaitu Acute Nasopharyngitis (common coold) sebanyak 42 pasien, yang terdiri atas 23 pasien laki-laki dan 19 pasien perempuan. Rata-rata usia yang mengalami penyakit tersebut yaitu usia 20-25 tahun sebanyak 11 pasien.

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan salah satu cara untuk mengembangkan SIK yang komprehensif serta mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna mencapai masyarakat yang sehat, mandiri, dan berkeadilan (Kasman, 2018). Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Infromasi Kesehatan (SIK) yaitu untuk mengelola data dan informasi berbasis teknologi (Kadir, 2014).

Adapun sistem infromasi yang digunakan pada Klinik Pratama Firdaus yaitu adanya aplikasi CMS (Clinical Management System) dimana aplikasi ini memuat rekam medis pasien berbasis elektronik yang bisa mendukung data manajemen klinik tersebut untuk mempermudah karyawan merekap data rekam medis pasien setiap bulannya. Selain itu Klinik Pratama Firdaus menghadirkan Telemedicine untuk mempermudah pasien dalam pelayanan kesehatan dan terdapat All Care khsuus untuk pasien pertamina. 

Adapun layanan sistem informasi yang selama ini di terapkan di klinik firdaus antara lain : Rekam Medis menggunakan Aplikasi, Sistem antrian menggunakan kertas cetak antrian yang ada di layar monitor, Layanan obat yang digunakan diapotik menggunakan metode hybrid dengan CMS dan resep manual, Surat Keterangan Sehat dan Surat Pengantar Rujukan menggunakan metode hybrid, Program telemedicine yang dikembangkan saat pandemi covid untuk memnatau pasien, Belum ada fitur penyimpanan otomatis pada CMS sehingga penyimpanan data sangat dipengaruhi oleh kualitas sinyal jaringan Internet dan kestabilan listrik sehinggaPengisian data belum lengkap dan aplikasi lain belum bridging dengan rekam medis CMS, Presensi karyawan masih menggunakan fingerprint, Belum semua pelayanan di klinik firdaus dapat menggunakan antrian sehingga pasien harus datang terlebih dahulu ke klinik untuk periksa terutama pada pasien poli gigi, Belum ada nya fitur di CMS untuk pasien kehamilan

Dalam penerapan setiap sistem yang sudah dijalankan, namun masih di temui kendala kendala sebagai berikut :

Usulan atau Kebutuhan Rencana Pengembangan Sistem Informasi 

1.      Faktor Human

a.       Optimalisasi aplikasi presensi karyawan klinik berbasis lokasi (GPS) sehingga karyawan dapat presensi di area klinik. Selain itu, Klinik Pratama Firdaus dapat memaksimalkan teknologi presensi karyawan yang telah digunakan dengan memposisikan alat presensi penambahan presensi finger lebih banyak pada area yang startegis, sehingga karyawan dapat melakukan presensi dengan mudah dan efisien, serta memaksimalkan waktu dalam bekerja dan pelayanan.

b.      Optimalisasi aplikasi online klinik sehingga masyarakat/ pasien dapat melakukan pendaftaran secara online, mengisi data identitas pasien dan keluhan/ alasan kedatangan pasien ke klinik secara mandiri melalui aplikasi, sehingga dapat mempersingkat lama tunggu pasien ketika datang ke klinik. Pasien diharapkan lebih meningkatkan kepedulian masyarakat akan kondisi kesehatan yang dialami dan meningkatkan peran serta masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat dengan teknologi. Pemberdayaan masyarakat melalui teknologi dapat memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat sehingga kesehatan dapat diakses dimana saja (Kemensos, 2016).

c.       Optimalisasi aplikasi online pendaftaran klinik untuk pasien ke poli gigi, sehingga dapat meminimalkan antrian dan lama tunggu pasien mendapatkan pelayanan. Perawat atau asisten dokter gigi yang bertugas di poli gigi, dapat membuat penjadwalan atau pembatasan kuota pasien perhari yang melakukan pemeriksaan ke poli gigi. Strategi tersebut untuk meminimalkan overload pekerjaan dan memaksimalkan pelayanan, selain itu asisten atau perawat yang bertugas memaksimalkan telemedicine ataupun alat komunikasi lainnya untuk menghubungi pasien yang belum datang dan menginformasikan durasi tindakan yang akan selesai. Sehingga pasien yang belum datang ke klinik diharapkan untuk segera datang ke klinik sesuai yang telah dijadwalkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan untuk meminimalisir pasien menunngu dalam jangka waktu yang lama. Telemedicine merupakan suatu sistem layanan kesehatan yang berbasis teknologi yang menggunakan media elektronik untuk pasien atau masyarakat bisa berkomunikasi dengan dokter, terutama pandemik Covid-19 telemidisin ini sangat bermanfaat (Bahtiar & Munandar, 2021). Menurut (WHO, 2010), Telemedicine atau dalam kata lain disebut Telehealth yaitu pemeberian layanan perawatan kesehatan secara jarak jauh oleh semua tenaga profesional kesehatan dengan bantuan alat informasi dan teknologi komunikasi dalam pertukaran informasi, pengobatan, pencegahan penyakit dan cidera, penelitian dan evaluasi, serta pendidikan penyediaan layanan kesehatan.

2.      Faktor Teknologi

a.       Aplikasi CMS diharapkan bisa menampilkan data rekapitulasi penyakit pasien dalam bentuk peta wilayah sehingga memudahkan dalam visualisasi data dan dapat mempermudah dalam identifikasi masalah pada daerah tertentu. Visualisasi data dapat membantu dalam memberikan data dengan cepat, memberikan gambaran data secara realtime, membuat data menjadi lebih interaktif dan menarik, dan membantu dalam identifikasi tertentu (Kemal, 2019).

b.      Aplikasi CMS diharapkan dapat memiliki fitur penyimpanan otomatis sehingga apabila kendala terjadi seperti pemadaman listrik maka data yang telah dimasukkan masih tersimpan dan petugas tidak perlu melakukan input data ulang sehingga daapt mengurangi beban kerja karyawan. Klinik Pratma Firdaus dapat memaksimalkan teknis input data dengan CMS untuk antisipasi hilangnya data yang telah di input. Adapun cara yang bisa dilakukan yaitu dengan menyediakan alat penyimpan daya listrik untuk meminimalkan kehilangan data pada saat terputusnya aliran listrik. Penggunaan teknologi informasi diharapkan dapat memudahkan kinerja karyawan, dan mengurangi beban kerja sehingga teknologi yang digunakan dapat meningkatkan kinerja karyawan (Pramanda et al., 2016).

c.       Aplikasi CMS diharapkan dapat memiliki fasilitas untuk menginput data spesifik yang dimiliki oleh ibu hamil seperti HPHT, taksiran persalinan, faktor identifikasi risiko kehamilan, diagnosis dan konseling kehamilan. Hal tersbeut bisa menambahkan fitur pada aplikasi CMS untk pemeriksaan KIA. Pembuatan atau penambahan fitur tersebut bisa dilakukannya Interprofesional Collaboration (IPC) antara tenaga kesehatan (karyawan Klinik Pratama Firdaus) dengan Programmer (IT), guna memenuhi fitur yang dibutuhkan. Teknologi yang digunakan memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengetahui kondisi pasien dan memberikan pelayanan yang cepat, benar dan sesuai dengan kebutuhan pasien (A. A. Hidayat, 2021).

d.      Adanya rencana pengembangan instalasi farmasi yang dikelola klinik memungkinkan untuk optimalisasi data terkait layanan medik dan kefarmasian sehingga layanan obat, stok obat dan rekapitulasi alat dan bahan di klinik dapat dimonitoring dengan baik. Adanya pemanfaatan teknologi dalam pelayanakefarmasian diharapkan dapat  memberikan informasi yang cepat dan akurat, meningkatkan kolaborasi antar tenaga kesehatan, mengurangi human error pada pelayanan, meningkatkan efisiensi (A. A. Hidayat, 2021).

3.      Faktor Organisasi

a.       Adanya penghargaan bagi karyawan yang melakukan pengisian CMS dengan baik dan lengkap. Penghargaan atau reward diberikan kepada karyawan dapat meningkatkan kinerja karyawan dan disiplin kerja (Hukubun et al., 2020). Reward akan memuaskan sejumlah kebutuhan yang berusaha untuk dipenuhi oleh karyawan melalui pilihan mereka atas perilaku terkait pekerjaan sehingga ketika kepuasan karyawan sudah terpenuhi, kepedulian mereka terhadap pekerjaan akan meningkat (F. Hidayat, 2018).   


Lampiran Poster :


Oleh : Dwi Indah Wulandari | Program Studi Kebidanan Magister Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Aisyiyah Yogyakarta 

Find my other stories on medium : @indahdiw

 

References

Hidayat, A. A. (2021). Implementasi Teknologi Informasi di Bidang Kesehatan. Artikel Mahasiswa, 4(8), 4–8. 10.31219/osf.io/mzshr

Hidayat, F. (2018). Pengaruh Reward dan Punishment Terhadap Kinerja Karyawan dengan Disiplin Kerja Sebagai Variabel Intervening.

Hukubun, D. M., Areros, W. A., & Tatimu, V. (2020). Pengaruh Penghargaan ( Reward ) Terhadap Kinerja Karyawan Best Western Lagoon Manado. Productivity, 1(1), 84–88.

Kadir, A. (2014). Pengenalan Sistem Informasi.

Kasman, K. (2018). Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (Sik) Dalam Pengelolaan Data Dan Informasi Pada Dinas Kesehatan Kota Pagar Alam Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah Betrik, 9(01), 24–34. https://doi.org/10.36050/betrik.v9i01.28

Kemal, M. (2019). Data Visualization: Methods, Types, Benefits, and Checklist. March. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.19618.48324

KEMENKES RI. (2021). Profil Kesehatan Indonesia 2020. In Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Kemensos. (2016). Pemberdayaan: Kementerian Sosial & LSPS. Jurnal.

Kementrian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2021.

Maramis, S., & Prasetyo, A. (2018). Analisis Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ( Simrs ) Terhadap Kinerja Karyawan Rspad Gatot Jakarta. Sistem Informasi STMIK Antar Bangsa, VII(2), 1–11.

Pramanda, R. P., Azizah, D. F., & Astuti, E. S. (2016). Pengaruh Kemudahan Dan Kemanfaatan Penggunaa Teknologi Informasi Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis, 39(2), 117–126.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pendahuluan Askeb Kehamilan Normal

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat. Profesi ini telah menduduki peran dan posisi bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di samping dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik(Sujatmiko, 2005). Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Hal ini sesuai dengan surat keputusan menteri kesehatan tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, dalam SK tersebut diatur tentang pelayanan kesehatan yang wajib dilakukan oleh kabupaten dan dibuat target 2010.Adapun SPM yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan ibu hamil K4 (ibu hamil yang mendapat...

PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA-KB DIWILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, ru...

Laporan Pendahuluan Askeb Nifas

BAB I PENDAHULUAN A.       LATAR BELAKANG Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,2007) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 248 per 100.000 kelahiran. Setelah persalinan, Wanita akan mengalami masa nifas untuk dapat mengembalikan alat- alat genetalia ke keaadaan normal. Pengembalian alat - alat genetalia berlangsung secara berangsur - angsur selama 6 minggu. Dalam waktu 6 minggu ini kemungkinan terjadi komplikasi atau kelainan- kelainan pada ibu nifas sangat besar. Untuk itu perawatan ibu nifas harus dilakukan secara baik, intensif dan tepat. Karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tingginya kematian pada ibu nifas secara berurutan dari yang paling banyak adalah; perdarahan, infeksi,preeklamsi, eklamsi. Sebagai tenaga kesehatan, kita harus mengurangi ...