BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Berdasarkan
Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,2007) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)
di Indonesia adalah 248 per 100.000 kelahiran.
Setelah
persalinan, Wanita akan mengalami masa nifas untuk dapat mengembalikan alat-
alat genetalia ke keaadaan normal. Pengembalian alat -alat genetalia berlangsung secara
berangsur -
angsur selama 6
minggu. Dalam waktu 6 minggu ini kemungkinan terjadi komplikasi atau kelainan-
kelainan pada ibu nifas sangat besar. Untuk itu perawatan ibu nifas harus
dilakukan secara baik, intensif dan tepat. Karena masa nifas merupakan masa
kritis bagi ibu dan bayi.
Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah
persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama.Penyebab tingginya kematian pada ibu nifas
secara berurutan dari yang paling banyak adalah; perdarahan,
infeksi,preeklamsi, eklamsi.
Sebagai
tenaga kesehatan, kita harus mengurangi morbiditas dan mortalitas yang terjadi
pada masa nifas dengan mengetahui tanda atau komplikasi lebih dini, sehingga
dapat mencegah terjadinya nifas patologis. Ibu nifas dan masyarakat pada
umumnya perlu diberi penjelasan mengenal keadaan perubahan fisiologis yang
terjadi pada ibu nifas. Sehingga ibu nifas juga dapat melakukan deteksi dini
terhadap komplikasi secara mandiri.
B. TUJUAN
1.
Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada
ibu nifas normal berdasarkan metode menajemen Varney.
2.
Tujuan Khusus
a.
Mampu melaksanakan pengkajian data
subyektif dan obyektif dalam
asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
b.
Mampu
menginterpretasikan data yang ada sehingga mampu menyusun diagnosa kebidanan, masalah, serta kebutuhan pada ibu nifas
normal.
c.
Mampu mengidentifikasi masalah
atau diagnosa potensial pada ibu nifas normal.
d.
Mampu mengidentifikasi tindakan segera yang diperlukan pada ibu nifas
normal.
e.
Mampu
merencanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
f.
Mampu
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas normal.
g.
Mampu
melaksanakan evaluasi terhadap penanganan kasus ibu nifas
normal.
C.
Manfaat
1.
Menambah pengetahuan tenaga
kesehatan tentang asuhan kebidanan ibu nifas normal.
2.
Menambah wawasan dan
pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas normal
serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
3.
Agar klien mengetahui dan
memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada masa nifas secara fisiologis
maupun psikologis serta masalah pada masa nifas sehingga timbul kesadaran bagi
klien untuk memperhatikan masa nifasnya.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Teori Medis
A. Pengertian Nifas
1.
Masa nifas (puerperium) ialah
masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan
kembali seperti pra hamil yang lamanya 6-8 minggu (Mochtar , 1998).
2.
Masa nifas adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam
minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat
melahirkan (Prawirohardjo, 2007).
3.
Masa puerperium normal adalah
waktu yang diperlukan agar organ genetalia interna ibu kembali menjadi normal
secar anatomis dan fungsional yaitu sekitar 6 minggu (Manuaba,2007 ).
Menurut Mochtar (1998), masa nifas dibagi dalam 3
periode, yaitu:
1.
Puerperium dini yaitu kepulihan
di mana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2.
Puerperiun intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3.
Remote puerperium adalah waktu
yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau
waktu persalinan mempunyai komplikasi.
Tahapan yang terjadi pada nifas adalah sebagai berikut
(Prawirohardjo,2007)
1.
Periode Immediate postpartum
Masa segera setelah
plasenta lahir sampai dengan 24 jam, pada masa ini sering dengan masalah
perdarahan atonia uteri.
2.
Periode early postpartum (24
jam – 1 minggu)
Pada fase ini bidan,
memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokhia
tidak berbau, tidak demam, ibu cukup mendapat makanan dan cairan serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
3.
Periode late postpartum
Pada periode ini
bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
Tujuan asuhan masa nifas
1.
Menjaga kesehatan Ibu dan
bayinya, baik fisik, maupun psikologik.
2.
Melaksanakan skrining yang
komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi
komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3.
Memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat.
4.
Memberikan pelayanan keluarga
berencana.
B. Perubahan Fisiologi Masa Nifas
Fisiologis nifas adalah hal – hal
yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas yang memberi ciri
adanya masa nifas. Hal ini dianggap merupakan perubahan normal dan terus
terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan
keadaan seperti sebelum hamil. Perubahan – perubahan
fisiologis yang terjadi
ini adalah :
1. Sistem Reproduksi
a. Payudara
Payudara membesar, keras dan
nyeri di tandai dengan sekresi air susu sehingga akan terjadi perubahan pada
payudara ibu, sehingga mampu memproduksi ASI.
b.
Involusi Uterus
Yaitu
uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil (Mochtar, 1998).
Tabel 2.1 Proses involusi uterus
Involusio
|
TFU
|
Berat Uterus / gram
|
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Setinggi pusat
2 jari dibawah
pusat
½ pusat – sympisis
Tak teraba diatas
sympisis
Bertambah kecil
Sebesar normal
|
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
|
Sumber : Rustam Mochtar (1998) dalam Sinopsis Obstetri : obstetri fisiologi,
obstetri patologi
Menurut Bobak (2005), bahwa involusi
uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil yang
dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus,
sehingga menyebabkan perut terasa mulas.
c.
Servik, vagina, dan vulva
Setelah
persalinan, tempat plasenta menjadi permukaan kasar, tidak rata dan sebesar
telapak tangan. Ligamentum rotundum mnjadi kendor yang mengakibatkan letak
uterus menjadi retroflexi. Perubahan pada serviks akan menganga seperti corong.
Vulva dan vagina dalam keadaan kendur.
d.
Lochea
Adalah
secret yang berasal dari dalam rahim terutama luka bekas inplantasi plasenta
yang keluar melalui vagina. Lochea dibagi berdasarkan warna dan kandungannya
yaiu :
1)
Lochea Rubra
Keluar pada hari
pertama sampai hari ketiga post partum, warna merah kehitaman terdiri dari
darah, sel – sel desidua, vernik caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, dan
sisa sisa selaput ketuban.
2)
Lochea Sanguilenta
Sisa darah bercampur
lender, berwarna putih campur merah berlangsung hari ke 3 – 7 hari.
3)
Lochea Serosa
Mengandung sel darah
tua, serum, leukosit dan sisa – sisa jaringan dengan warna kuning kecoklatan,
berlangsung hari ke 7 - 14 post partum.
4)
Lochea Alba
Berwarna putih
kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel leukosit, sel – sel epitel dan
mukosa servik. Berlangsung hari ke >14
sampai minggu kedua sampai keenam post partum (Cuningham, 2005)
2. Sistem Muskuloskeletal /
Diestasis Recti Abdominalis
Dinding perut menjadi longgar dan
pulih kembali dalam 6 minggu. Kulit
abdomen menjadi tampak longgar & mengendur sampai berminggu-minggu. Beberapa klien memiliki pemisahan
antara otot dinding perut, disebut diastasis recti. Pemisahan ini sering
dapat diperbaiki dengan latihan perut tertentu yang dilakukan selama periode
postpartum. Klien harus diinstruksikan untuk memulai latihan perut kapan
menyusul pengiriman vagina dan setelah nyeri tekan abdomen menyelesaikan
setelah operasi caesar (Cunningham et al., 2005). Klien juga harus
diinstruksikan untuk menghindari kelelahan selama beberapa minggu pertama
setelah melahirkan.
3. Sistem Endokrin
a. Oksitosin
Oksitosin di dalam sirkulasi darah menyebabkan
kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu proses involusi uterus.
b. Prolaktin
Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang
dikeluarkan oleh glandula pituitary anterior bereaksi terhadap alveoli dari
payudara sehingga menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar
prolaktin tetap tinggi dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam
ovarium ditekan.
c. HCG, HPL, Estrogen, dan
progesterone
Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir,
tingkat hormone HCG, HPL, estrogen, dan progesterone di dalam darah ibu menurun
dengan cepat, normalnya setelah 7 hari.
d. Pemulihan Ovulasi dan Menstruasi
Pada ibu yang menyusui bayinya, ovulasi jarang
sekali terjadi sebelum 20 minggu, dan tidak terjadi diatas 28 minggu pada ibu
yang melanjutkan menyusui untuk 6 bulan. Pada ibu yang tidak menyusui ovulasi
dan menstruasi biasanya mulai antara 7-10 minggu.
4. Sistem Kardiovaskuler
Tekanan darah harus keadaan
stabil. Suhu turun secara perlahan, dan stabil pada 24 jam postpartum. Nadi menjadi
normal setelah persalinan.
5. Perubahan pada sistem pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada
ibu setelah melahirkan. Hal ini umumnya disebabkan karena makanan padat dan
kurangnya berserta selama persalinan
6. Perubahan perkemihan
Saluran kencing kembali normal
dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada :
a.
Keadaan/status sebelum
persalinan
b.
Lamanya partus kala 2 dilalui
c.
Besarnya tekanan kepala yang
menekan pada saat persalinan
7. Perubahan tanda-tanda vital
a.
Suhu badan
1)
Sekitar hari ke-4 setelah
persalinan suhu ibu mungkin naik sedikit, antara 37,2oC – 37,5oC.
Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara
2)
Bila kenaikan menjadi 38oC
pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi
atau sepsis nifas.
b.
Denyut nadi
1)
Denyut nadi akan melambat
sampai sekitar 60 x/menit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam
keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum.
2)
Bila ibu yang nervus nadinya
cepat, kira-kira 110 x/menit. Bila juga terjadi gejala shock karena infeksi,
khususnya bila disertai peningkatan suhu badan.
c.
Tekanan darah
1)
Tekanan darah < 140/90 mmHg.
Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra persalinan pada 1-3 hari post
partum.
2)
Bila tekanan menjadi rendah
menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi, merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul
pada masa nifas.
d.
Respirasi
1)
Pada umumnya respirasi lambat
atau bahkan normal. Karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat.
2)
Bila ada respirasi cepat pots
partum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda syok.
8. Sistem Hematologi
Pada 2-3 hari postpartum,
konsentrasi hematocrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total kehilangan darah
pada saat persalinan dan nifas kira-kira 700-1500ml (200ml hilang saat
persalinan, 500-800ml hilang pada minggu pertama post partum, 500ml hilang saat
masa nifas).
C. Perubahan Psikologi Masa Nifas
1.
Periode
Taking On
a.
Berlangsung
1-2 hari setelah melahirkan.
b.
Ibu
pasif terhadap lingkungan.
Ibu menjadi sangat bergantung
pada orang lain, mengharapkan segala sesuatu kebutuhan dapat dipenuhi orang
lain. Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya. Ibu
mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang.
2. Periode Taking Hold
a.
Berlangsungnya
3-10 hari setelah melahirkan.
b.
Pada
fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi. Ibu
menjadi sangat sensitif, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat.
3. Periode Letting Go
a.
Berlangsung
10 hari setelah melahirkan. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke
rumah.
b.
Ibu
menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat bayi meningkat. Ada kalanya,
ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya, keadaan ini disebut
baby blues.
D. Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas
Kebutuhan dasar
masa nifas menurut Sunarsih (2013), antara lain:
1.
Kebutuhan nutrisi dan cairan
a.
Rata-rata kandungan kalori ASI yang
dihasilkan ibu dengan nutrisi baik adalah 70 kal/100 ml dan kira-kira 85 kal
diperlukan oleh ibu untuk tiap 100 ml yang dihasilkan.
b.
Memerlukan tambahan 20 gr protein diatas
kebutuhan normal ketika menyusui,sumber protein dapat diperoleh dari protein
hewani dan protein nabati.
c.
Ibu menyusui dianjurkan minum 2 – 3 liter per
hari dalam bentuk air putih, susu, dan jus buah (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui).
d.
Pil zat besi (Fe) harus diminum, untuk
menambah zat gizisetidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e.
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit)
sebanyak 2 kali yaitu pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar
dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
2.
Kebutuhan ambulasi
Pada masa lampau,
perawatan puerperium sangat konservatif, dimana puerperal harus
tidur terlentang selama 40 hari, kini perawatan puerperium lebih aktif
dengan dianjurkan untuk mobilisasi dini.
3.
Kebutuhan eliminasi
a.
Buang air kecil
Miksi disebut
normal bila dapat BAK spontan tiap 3-4 jam, ibu diusahakan mampu membuang air
kecil sendiri, bila tidak maka dilakukan tindakan berikut:
1)
Dirangsang dengan mengalirkan air keran
didekat klien.
2)
Mengompres air hangat diatas simpysis
3)
Saat site bath (berendam air hangat)
klien dsuruh BAK
b.
Buang air besar
Buang air besar
harus ada dalam 3 hari post partum, biasanya bila penderita tidak BAB
sampai 2 hari sesudah persalinan, akan ditolong dengan pemberian spuit
gliserin/obat-obatan.
4.
Kebutuhan personal hygiene
Menurut Suherni
(2008), ibu nifas dianjurkan untuk:
a.
Menjaga kebersihan seluruh tubuh.
b.
Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air lalu dkeringkan.
c.
Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut
setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam supaya ganti
pembalut.
d.
Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan
sabun air sebelum menyentuh daerah kelamin.
e.
Anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka
episiotomi dan laserasi.
f.
Pada ibu post sectio caesaria (SC),
luka tetap dijaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari diganti balutan.
5.
Kebutuhan istirahat tidur
Umumnya wanita
sangat lelah setelah setelah melahirkan, akan terasa lebih lelah bila partus
berlangsung agak lama, seorang ibu baru akan cemas apakah ia mampu merawat
anaknya atau tidak setelah melahirkan, hal ini mengakibatkan susah tidur.
Berikut ini adalah
hal-hal yang dapat dianjurkan pada ibu:
a.
Beristirahat yang cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
b.
Sarankan ibu untuk kembali ke
kegiatan-kegiatan yang tidak berat.
6.
Kebutuhan seksual
Dinding vagina
kembali pada keadaan sebelum hamil dalam waktu 6-8 minggu, secara fisik aman
untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti, dan ibu dapat
memasukkan jari 1 atau 2 jari kedalam vagina tanpa ada rasa nyeri, namun
sebaiknya hubungan seksual dapat ditunda sedapat mungkin sampai 40 hari setelah
persalinan karena pada saat itu diharapkan organ-organ tubuh telah pulih
kembali (Sunarsih dan Dewi, 2013).
7.
Latihan senam nifas
Untuk mengembalikan
kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas
sangat baik dilakukan ibu setelah melahirkan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam melakukan senam nifas adalah:
a.
Diskusikan pentingnya pengembalian otot perut
dan panggul karena dapat mengurangi sakit punggung.
b.
Anjurkan ibu untuk melakukan ambulasi sedini
mungkin secara bertahap, misal latihan duduk, jika tidak pusing baru boleh
berjalan.
c.
Melakukan latihan beberapa menit sangat
membantu.
E. Kunjungan Ibu Nifas
Menurut Ambarwati
dan Wulandari (2010), kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali, hal
ini dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir serta untuk mencegah
terjadinya masalah.
1.
Kunjungan pertama dilakukan 6-8 jam setelah
persalinan.
Tujuan kunjungan
pertama masa nifas antara lain:
a.
Mencegah perdarahan pada waktu nifas karena
atonia uteri.
b.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, rujuk bila perdarahan lanjut.
c.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu
anggota keluarga bila terjadi perdarahan banyak.
d.
Pemberian ASI awal.
e.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi.
2.
Kunjungan kedua dilakukan (6 hari setelah
persalinan).
Tujuan kunjungan
kedua antara lain:
a.
Memastikan involusio uteri berjalan
normal, uterus berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada
perdarahan dan tidak berbau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
c.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan
dan istirahat.
d.
Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik
dan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit.
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi
sehari-hari.
3.
Kunjungan ke tiga (2-3 minggu setelah
persalinan)
Tujuan kunjungan
ketiga antara lain :
a.
Memastikan involusio uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi, fundus uteri dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan
tidak berbau.
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau perdarahan abnormal.
c.
Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan
dan istirahat.
d.
Memastikan ibu menyusui bayinya dengan baik
dan tidak menunjukka tanda-tanda penyakit.
e.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan
pada bayi supaya tetap hangat dan merawat bayi.
4.
Kunjungan ke empat (4-6 minggu setelah
melahirkan).
Tujuan kunjungan
keempat antara lain :
a.
Menanyakan pada ibu tentang penyakit-penyakit
yang ibun dan bayi alami.
b.
Memberikan konseling KB secara dini.
c.
Tali pusat harus tetap kering, ibu perlu
diberi tahu bahaya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi, isal minyak atau
bahan lain, jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan tercium bau busuk, bayi
segera dirujuk.
d.
Perhatikan kondisi umum bayi, apakah ada
ikterus atau tidak.
e.
Bicarakan pemberian ASI dengan ibu dan
perhatikan apakah bayi menetek dengan baik.
F. Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
1.
Deteksi
Dini Komplikasi Masa Nifas
a.
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 2 Jam Pertama
Asuhan yang
diberikan pada 2 jam pertama masa nifas yaitu :
1)
Pantau tekanan darah, nadi,
tinggi fundus uteri, kandung kemih dan darah yang keluar setiap 15 menit selama
satu jam pertama dan setiap 30 menit selama satu jam kedua kala empat. Jika ada
temuan yang tidak normal, tingkatkan frekusensi observasi dan
penilaian kondisi ibu.
2)
Masase uterus untuk membuat
kontaraksi uterus menjadi baik setiap 15 menit selama satu jam pertama dan
setiap 30 menit selama jam kedua kala empat. Jika ada temuan yang tidak normal,
tingkatkan frekusensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
3)
Pantau temperatur tubuh setiap
jam dalam dua jam pertama pascapersalinan. Jika meningkat, pantau dan
tatalaksana sesuai dengan apa yang diperlukan.
4)
Nilai perdarahan. Periksa
perineum dan vagina setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30 menit
selama jam kedua pada kala empat.
5)
Ajarkan ibu dan keluarganya
bagaimana menilai kontraksi uterus dan jumlah darah yang keluar dan bagaimana
melakukan masase jika uterus menjadi lembek.
6)
Minta anggota keluarga untuk
memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu mengenakan baju atau sarung yang bersih
dan kering, atur posisi ibu agar nyaman, duduk bersandarkan bantal atau
berbaring miring. Jaga agar bayi diselimuti dengan baik. Bagian kepala tertutup
baik, kemudian berikan bayi ke ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.
7)
Lakukan asuhan esensial bagi
bayi baru lahir.
b.
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Jam Masa Nifas
Asuhan yang
diberikan pada 6 jam masa nifas yaitu :
1)
Mencegah perdarahan masa nifas
karena atonia uteri.
2)
Mendeteksi dan perawatan
penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
3)
Memberikan konseling pada ibu
dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
4)
Pemberian ASI awal
5)
Mengajarkan cara mempererat
hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6)
Menjaga bayi tetap sehat
melalui pencegahan hipotermi.
7)
Setelah bidan melakukan
pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam
pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam
keadaan baik.
c.
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Hari Masa Nifas
Asuhan yang
diberikan pada 6 hari masa nifas yaitu :
1)
Memastikan involusi uterus
barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
2)
Menilai adanya tanda-tanda
demam, infeksi dan perdarahan.
3)
Memastikan
ibu mendapat istirahat yang cukup.
4)
Memastikan
ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
5)
Memastikan
ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
6)
Memberikan
konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
d.
Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas 6 Minggu Masa Nifas
Asuhan yang
diberikan pada 6 minggu masa nifas yaitu :
1)
Menanyakan penyulit-penyulit
yang dialami ibu selama masa nifas.
2)
Memberikan
konseling KB secara dini.
2. Deteksi Dini
Komplikasi Masa Nifas
a.
Anemia
Risiko ini terjadi bila ibu mengalami
perdarahan yang banyak. Apalagi bila sudah sejak masa kehamilan kekurangan
darah terjadi. Di masa nifas, anemia menyebakan rahim susah berkontraksi.
Sehingga menimbulkan atonia uteri. Sehingga dapat mengancam jiwa ibu. Ini
karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim.
b.
Eklamsi dan Pre Eklamsi
Selama masa nifas di hari ke-1 sampai 28,
ibu harus mewaspadai munculnya gejala preeklampsia. Jika keadaannya bertambah
berat bisa terjadi eklampsia, dimana kesadaran hilang dan tekanan darah
meningkat tinggi sekali. Akibatnya, pembuluh darah otak bisa pecah, terjadi
oedema pada paru-paru yang memicu batuk berdarah. Semuanya ini bisa menyebabkan
kematian.
c.
Perdarahan Post Partum
Perdarahan ini bisa terjadi segera begitu
ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinannya sangat tinggi.
Terjadi perdarahan, maka tinggi rahim akan
bertambah naik.
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi lahir
|
Setinggi pusat
|
1000 gram
|
Uri Lahir
|
2 jari bawah pusat
|
750 gram
|
1 minggu
|
½ pusat sympisis
|
500 gram
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
8 minggu
|
Sebesar normal
|
30
ram
|
d.
Depresi Masa Nifas
1)
Terjadi terutama di
minggu-minggu pertama setelah melahirkan, di mana
kadar hormon masih tinggi.
2)
Gejalanya adalah gelisah,
sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.
3)
Tingkatannya bermacam-macam,
mulai dari neurosis atau gelisah saja yang disertai kelainan tingkah laku,
sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang-kadang sampai tak
sadar, seperti meracau, mengamuk, dan skizofrenia. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bisa
beradaptasi dengan situasi nyatanya.
e.
Infeksi Masa Nifas
1) Pada saat nifas, adanya darah yang keluar
merupakan proses pembersihan rahim dari sel-sel sisa jaringan, darah, leukosit
dan lainnya.
2) Gejala infeksi nifas tergantung pada
bagian tubuh yang diserang. Pada minggu-minggu pertama, gejala yang terjadi
akibat perluasan infeksi biasanya belum terlihat. Setelah infeksi berkembang
lebih lanjut, barulah gejala berikut mulai terlihat.
3) Bila infeksi terjadi pada daerah antar
lubang vagina dan anus, bagian luar alat kelamin, vagina atau mulut rahim,
biasanya timbul gejala, yakni :
a) Rasa nyeri dan panas pada tempat yang
terinfeksi.
b) Kadang-kadang rasa perih muncul ketika
buang air kecil.
c) Sering juga disertai demam.
4) Bila terjadi infeksi pada selaput lendir
rahim, gejalanya bisa dikenali dari cairan yang keluar setelah melahirkan.Cairan ini seringkali tertahan oleh darah,
sisa-sisa plasenta atau selaput ketuban. Padahal ini mengakibatkan gejala
berikut :
a)
Suhu
tubuh meningkat.
b)
Rahim
membesar disertai rasa nyeri.
5) Bila infeksi menyebar melalui pembuluh
darah balik ke berbagai organ tubuh, seperti paru-paru, ginjal, otak atau
jantung akan mengakibatkan terjadinya abses-abses di tempat tersebut.
6) Bila infeksi menyebar melalui pembuluh
getah bening dalam rahim, dapat langsung menuju selaput perut atau kadang
melalui permukaan selaput lendir rahim menuju saluran telur serta indung telur.
Gejala yang timbul berupa :
a) Rasa sakit
b) Denyut nadi meningkat
c) Suhu tubuh meningkat disertai menggigil
7) Jika infeksi terjadi, ibu mengalami gejala
demam tinggi dan darah nifas berbau busuk. Selain itu rahim bisa menjadi lembek
dan tak berkontraksi sehingga bisa terjadi perdarahan. Meski infeksi ini jarang
berakibat fatal, tapi bila terjadi bisa menyebabkan kematian.
G.
Pemeriksaan Fokus pada Ibu Nifas
Menurut Prawirohardjo (2002), pemeriksaan pasca
persalinan dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan
kembali 6 minggu setelah persalinan.
Pemeriksaan
postnatal antara lain :
1.
Pemeriksaan umum : tekanan
darah, nadi, keluhan, dan sebagainya.
2.
Keadaan umum : suhu badan,
selera makan, dan lain-lain.
3.
Payudara : ASI, puting
4.
Dinding perut, perineum,
kandung kemih, rectum.
5.
Secret yang keluar, misalnya lochea, flour albus.
6.
Keadaan alat-alat kandungan.
Nasehat untuk ibu postnatal :
1.
Penjelasan dan motivasi tentang
cara menjaga bayi.
2.
Memberi susu dan makanan bayi.
3.
Keluarga berencana.
4.
Hidup dan makanan sehat.
5.
Dipesan agar memeriksakan diri
lagi.
(Prawirohardjo,
2002)
H. Pendidikan Kesehatan untuk Ibu Nifas
1.
Kebersihan
Diri
a.
Menjaga
kebersihan seluruh tubuh dengan mandi 2 kali sehari, mengganti pakaian jika
lembab
b.
Membersihkan
daerah kelamin dengan sabun dan air
c.
Membersikan
daerah genital dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar
anus
d.
Mengganti
pembalut setidaknya 2 kali sehari
e.
Mencuci
tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membesrihkan daerah kelamin
f.
Jika
mempunyai luka laserasi hindari menyentuh daerah luka
2. Istirahat
a. Istirahat yang cukup untuk
mencegah kelelahan yang berlebihan, istirahat ketika bayi sedang tidur atau
dengan istirahat ± 2 jam di siang hari dan 8 jam di malam hari
b. Kurang istirahat akan
mempengaruhi :
1)
Produksi ASI menurun
2)
Involusi (penurunan rahim)
terganggu dapat menyebabkan perdarahan
3)
Depresi
3. Latihan
a.
Tidur
telentang dengan lengan di samping menarik otot perut waktu menarik nafas,
tahan napas dalam dan angkat dagu ke dada, tahan sampai hitungan ke lima.
Ulangi sampai 10 kali
b.
Latihan
Kegel
1)
Berdiri dan tungkai dirapatkan,
kencangkan otot, pantat, dan pinggul, tahan sampai 5 hitungan. Ulangi sebanyak
5 kali
2)
Untuk mengencangkan otot perut
dan panggul
3)
Setiap pekan naikkan jumlah
latihan 5 kali lebih banyak
4. Gizi
a.
Tambahan
500 kalori tiap hari
b.
Makan
dengan diet seimbang makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah.
c.
Minum
setidaknya 3 liter air setiap hari ( ± 12 gelas sedang )
d.
Pil
zat besi diminum selama 40 hari setelah bersalin
e.
Minum
kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayi
lewat ASI-nya
2.2 Teori Kebidanan
2.2.1
Manajemen Kebidanan
Manajemen Kebidanan adalah
pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metoda pemecahan masalah
secara sistimatis dimulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. (Standar profesi kebidanan 1999).
Proses Manajemen menurut Varney (1997)
Proses manajemen terdiri dari 7
(tujuh) langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara
periodik. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Ketujuh langkah tersebut membentuk suatu kerangka lengkap yang dapat
diaplikasikan dalam situasi apapun. Akan tetapi, setiap langkah dapat diuraikan
lagi menjadi langkah‑langkah yang lebih rinci dan ini bisa berubah sesuai dengan
kebutuhan klien.Ketujuh langkah tersebut adalah sebagai berikut :
A. Langkah pertama : Pengkajian Data
Pengkajian data adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah
pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
i.
Data Subyektif ( Anamnesa )
Pengkajian
dalam rangka mendapatkan data tentang pasien melalui pengajuan
pertanyaan-pertanyaan (Jannah, 2013).
1.
Identitas
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan sasaran, meliputi :
Menurut Ambarwati dan Wulandari (2010), identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan sasaran, meliputi :
a.
Nama
Nama jelas dan
lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru dalam
memberikan penanganan.
b.
Umur
Di catat dalam tahun
untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih
dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c.
Agama
Untuk mengetahui
keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
d.
Suku Bangsa
Berpengaruh pada
adat-istiadat atau kebisaan sehari-hari.
e.
Pendidikan
Berpengaruh
kebidanan dan dalam untuk tindakan mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan
pendidikanya.
f.
Pekerjaan
Gunanya untuk
mengetahui mengukur tingkat sosial ekonominya, karena ini juga mempengaruhi
dalam gizi pasien tersebut.
g.
Alamat
Ditanyakan untuk
mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2.
Keluhan Utama
Untuk
mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mulas, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Keluhan
pada ibu nifas dengan anemia sedang yaitu pusing, badan terasa lemas dan merasa
tidak nyaman dengan keadaan yang dirasakan (Manuaba, 2007).
3.
Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulndari,
2010).
4.
Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi
antara lain adalah menarche, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya
darah, keluhan utama yang dirasakan saat haid (Sulistyawati, 2013).
5.
Riwayat Kehamilan, Persalinan
Dan Nifas Yang Lalu
Untuk mengetahui berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus,
penolong jumlah anak, cara keadaan persalinan nifas yang lalu, persalinan,
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
6.
Riwayat Penyakit
a.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Data-data ini
diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat
ini yang ada hubunganya dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
b.
Riwayat Penyakit Sistemik :
Data ini di perlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti
: Jantung, DM, Hipertensi, Asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
c.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Data ini di perlukan
untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit kelurga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
7.
Riwayat Operasi
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu pernah
dilakukan tindakan operasi atau belum, yang sekiranya dapat mengganggu dalam
proses kehamilan ini (Prawirohardjo, 2009).
8.
Riwayat Keturunan Kembar
Dikaji untuk mengetahui apakah dalam
keluarga ada yang mempunyai riwayat keturunan kembar (Manuaba, 2008).
9.
Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi meliputi PB, BB, penolong persalinan. Hal ini perlu di kaji
untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang
bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
Misalnya keadaan pada persalinan ini ibu mengalami perdarahan
(Manuaba, 2007).
10.
Pola Kebiasaan Sehari-Hari
a.
Nutrisi
Menggambarkan
tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan
pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang
nafsu makan ibu berkurang (Manuaba, 2007).
b.
Eliminasi
Menggambarkan pola
fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah,
konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia sedang
harus sudah BAB dalam 3 hari post partum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c.
Pola istirahat
Menggambarkan pola
istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, istirahat sangat penting
bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat
penyembuhan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang diharapkan istirahat yang cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
(Saifuddin, 2009).
d.
Personal Hygiene
Dikaji untuk
mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh terutama pada daerah
genetalis, karena pada masa nifas masih mengeluarkan lochea (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
e.
Aktifitas
Menggambarkan pola
aktifitas pasien sehari-hari, pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktifitas
terhadap kesehatanya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus ini ibu sudah
bisa miring kanan, miring kiri dan duduk.
11.
Data Psikosoial
Untuk
mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami banyak
perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas sementara ia menyesuaikan
diri menjadi seorang ibu (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
12.
Kebiasaan Sosial Budaya
Untuk
mengetahui pasien dan keluarga yang menganut adat- istiadat yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khusunya pada masa nifas misalnya pada
kebiasaan pantangan makanan (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
13.
Data Pengetahuan
Untuk
mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan
sehingga akan menguntungkan selama nifas.
ii.
Data Obyektif
Dalam
menghadapi masa nifas dari seorang klien, seorang bidan harus mengumpulkan data
untuk memastikan bahwa keadaan klien dalam keadaan stabil (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
1.
Pemeriksaan umum
a.
Keadaan umum
Untuk mengetahui
keadaan umum ibu apakah baik, cukup atau kurang. (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b.
Kesadaran
Untuk mengetahui
tingkat kesadaran ibu mulai dari keadaan composmentis, apatis sampai dengan
koma. (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
c.
Tanda vital
1)
Tekanan darah
Tekanan darah normal
berkisar antara >90/60 dan <140/90 mmHg. Pada beberapa kasus ditemukan
keadaan hipertensi dengan TD >140/90 mmHg postpartum tetapi keadaan ini akan
menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya
dalam bulan pengobatan (Anggraini, 2010).
2)
Suhu
Suhu normal berkisar
antara 36,5oC sampai 38oC Peningkatan suhu badan mencapai pada 24
jam pertama masa nifas pada umumnya di sebabkan oleh dehidrasi, yang di
sebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan, selain itu bisa juga di
sebabkan karena istirahat dan tidur yang diperpanjang selama awal persalinan,
pada umunya setelah 12 jam post partum suhu tubuh kembali normal. Kenaikan suhu
yang mencapai > 38oC adalah mengarah ke tanda-tanda infeksi (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
3)
Nadi
Nadi normal berkisar
antara 60 – 80 x/menit, Denyut nadi diatas 100 x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
4)
Respirasi
Beberapa ibu post
partum kadang-kadang mengalami brakikardi puerperal, yang denyut nadinya
mencapai serendah-rendahnya 40 – 50 x/menit, pernafasan harus berada dalam
rentang yang normal, yaitu sekitar 20-30 x/menit (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
d.
Berat badan
Untuk mengetahui
kenaikan berat badan atau penurunan berat badan (Pantikawati dan Saryono,
2010).
e.
Tinggi badan
Untuk mengetahui
tinggi badan ibu yang dilakukan untuk mendeteksi adanya resiko apabila hasil
pengukuran < 145 cm (Pantikawati dan Saryono, 2010).
2.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik
yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a.
Rambut
Untuk mengetahui
apakah rambut rontok atau tidak, menilai warnanya, kelebatan, dan karakteristik
rambut (Rukiah dkk, 2013).
b.
Muka
Untuk mengetahui
apakah muka pucat atau tidak (Jannah, 2011). Pada ibu nifas dengan anemia
sedang muka pucat (Manuaba, 2007).
c.
Mata
Untuk mengetahui
keadaan conjungtiva pucat atau merah muda, warna sclera putih atau kuning
(Rukiah dkk, 2013). Pada ibu nifas dengan anemia sedang konjungtiva pucat
(Manuaba, 2007).
d.
Hidung
Untuk mengetahui
keadaan hidung dari kebersihan, alergi debu atau tidak dan ada polip atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
e.
Telinga
Untuk mengetahui
keadaan telinga apakah ada gangguan pendengaran atau tidak, ada serumen atau
tidak (Sulistyawati, 2012).
f.
Mulut
Untuk mengetahui
keadaan mulut adakah caries,bersih atau tidak, keadaan bibir kering atau tidak,
lidah kering dan kotor atau tidak (Sulistyawati, 2012).
g.
Leher
Untuk mengertahui
adakah pembengkakan kelenjar limfe atau pembengkakan kelenjar tiroid (Rukiah
dkk, 2013).
h.
Dada dan axilla
1)
Dada
Dikaji untuk
mengetahui simetris atau tidak, ada retraksi dinding dada atau tidak
(Sulistyawati, 2012).
2)
Mamae
Untuk mengetahui
simetris atau tidak, ada pembengkakan atau tidak, puting menonjol atau tidak,
lecet atau tidak. Pada masa nifas dikaji untuk mengetahui ASI sudah keluar atau
belum (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
3)
Axilla
4)
Ada benjolan atau tidak, ada
pembengkakan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
i.
Ekstremitas
Untuk mengetahui
adanya oedema atau tidak, adanya varices, adanya kelainan atau tidak, reflek
patella positif atau negative (Varney, 2007).
3.
Pemeriksaan abdomen
a.
Inspeksi
Untuk mengetahui
pembesaran uterus, ada linea atau tidak, ada strie atau tidak, ada bekas
operasi atau tidak, ada pelebaran vena atau tidak, adanya kelainan atau tidak
(Ambarwati dan Wulandari, 2010).
b.
Palpasi
Palpasi merupakan
tehnik pemeriksan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari - jari adalah
instrumen yang sensitive untuk mengkaji kontraksi, tinggi fundus uteri dan
kandung kemih (Nursalam, 2009).
4.
Pemeriksaan genetalia eksterna
a.
Vulva vagina
Mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali
secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum (Jannah, 2013).
b.
Keadaan anus
Untuk mengetahui
kebersihannya dan adanya haemoroid atau tidak (Sulistyawati, 2012).
5.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium, Rontgen dan USG (Varney, 2007).
B.
Langkah kedua : Interpretasi
Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan
dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa
kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat
diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan yang dituangkan
dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan
pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
1.
Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang dapat
ditegakkanm yang berkaitan dengan para, abortus, anak hidup, umur ibu dan
keadaan nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
2.
Masalah
Masalah adalah hal – hal yang berkaitan dengan
pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau menyertai diagnosa
dengan dan tetap membutuhkan penanganan (Varney, 2010).
3.
Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal – hal yang dibutuhkan pasien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan analisa
data (Varney, 2010). Kebutuhan ibu nifas dengan anemia sedang yaitu memberikan
informasi tentang keadaan ibu bahwa ibu mengalami anemia sedang, memberikan
informasi tentang makanan yang bergizi yang mengandung protein, zat besi,
yodium, kalsium, vitamin A (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
C.
Langkah ketiga : Diagnosa
Potensial
Mengidentifikasi berdasarkan
diidentifikasi. Rangkaian. Langkah masalah-masalah ini atau dan
diagnosa-diagnosa potensial yang lain sudah bila membutuhkan antisipasi,
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Dan yang paling penting melakukan asuhan yang aman (Hidayat dan Sujiyatini,
2010). Diagnosa potensial terjadi pada ibu nifas dengan anemia sedang apabila
terus berlanjut bisa menyebabkan anemia berat (Manuaba, 2007).
D.
Langkah keempat : Tindakan
Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan
beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan
pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi, dan melakukan rujukan (Alimul dan
Wildan, 2008). Pada anemia sedang antisipasi yang dilakukan dengan pemberian
tablet Fe (sulfas Ferosus 200 mg) 2-3 kali per hari, dianjurkan makan-makanan
yang mengandung banyak protein, sayuran hijau dan kolaborasi dengan dokter
(Manuaba, 2007).
E.
Langkah kelima : Rencana
Tindakan
Langkah ini merupakan kelanjutan
penatalaksanaan terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi dan
diantisipasi, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan rujukan yang mungkin
diperlukan (Rukiah dkk, 2013).
F.
Langkah keenam : Pelaksanaan
Pada langkah ini merupakan
pelaksanaan rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima, mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan bermutu
(Rukiah dkk, 2013).
G.
Langkah ketujuh : Evaluasi
Langkah ini merupakan mengevaluasi
keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan pada
klien apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi didalam diagnosa dan masalah rencana tersebut (Rukiah dkk,
2013).
Komentar
Posting Komentar