Langsung ke konten utama

Asuhan Kebidanan Nifas Patologi dengan Anemia Sedang

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Menurut World Health Organization (WHO) penurunan AKI masih terlalu lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millennium development goals 5/MDGs-5) dalam rangka mengurangi tiga per empat jumlah perempuan yang meninggal akibat hamil, bersalin dan nifas pada tahun 2015. Salah satu tujuan pembangunan millennium (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDGs-5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal (Depkes, R. 2010).
Dinegara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 meninggal saat hamil atau bersalin (Depkes, R. 2010).
AKI adalah banyaknya perempuan yang meninggal dari penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penangananya (tidak termasuk kecelakaan dan kasus insenditil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan).AKI diperhitungkan pula pada jangka waktu enam minggu hingga setahun setelah persalinan.
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian ibu paling banyak terjadi pada masa nifas, yaitu karena perdarahan setelah persalinan 28%, eklamsia 24%, infeksi 11%, kurang energi setelah persalinan 9%, abortus 5%, partus lama 5%, emboli 3% dan anemia 3% dan penyebab lain 22%3.
Berdasarkan laporan rutin kabupaten/kota Jawa Tengah tahun 2017 diketahui bahwa cakupan pelayanan nifas Provinsi Jawa Tengah sebesar 96,29 persen, mengalami sedikit peningkatan bila dibandingkan cakupan tahun 2016 yaitu 95,54 persen. Trend Cakupan ibu nifas yang mendapat pelayanan kesehatan nifas dari tahun 2013 -2017 terlihat bahwa sejak tahun 2013 cenderung meningkat meskipun peningkatannya tidak terlalu signifikan. Cakupan pelayanan nifas Kabupaten sragen menempati angka 8 terendah yaitu 95 persen
Anemia sedang bisanya dapat menyebabkan oleh perdarahan dan jika tidak dikelola dengan baik akan menjadi anemia berat, pada ibu nifas biasanya terjadi perdarahan karena atonia uteri atau infeksi. Atonia uteri bisa membuat uterus tidak dapat berkontraksi secara maksima (Saleha, Sitti 2009). Penatalaksanaan anemia sedang yaitu dengan meningkatkan komsumsi gizi penderita, terutama protein dan zat besi, memberi suplemen zat besi sebanyak 2x1 (200 mg) sehari seperti sulfa ferrosus atau glukonas ferosus serta melakukan transfuse darah (Inna, A. 2011).

Perumasan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Patologi dengan Anemia Ringan di Puskesmas Gemolong dengan menggunakan manejemen 7 langksah Varney”?

Tujuan Penulisan
Tujuan Umun
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan sesuai dengan manejemen kebidanan yang diaplikasikan dalam asuhan kebidanan menurut Varney.
Tujuan Khusus
Diharapkan dapat melakukan pengkajian pada ibu nifas dengan anemia ringan di Puskesmas Gemolong.
Diharapkan dapat merumuskan atau menegakkan diagnosa dan masalah dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan di Puskesmas Gemolong.
Diharapkan dapat mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial dalam asuhan kebidanan ibu nifas dengan anemia ringan di Puskesmas Gemolong.
Diharapkan dapat menetapkan kebutuhan tindakan segera dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan di Puskesmas Gemolong.
Diharapkan dapat menyusun asuhan penyuluhan dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas anemia sedang di Puskesmas Gemolong.
Diharapkan dapat pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Puskesmas Gemolong.
Diharapkan dapat mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan dalam asuhan kebidanan pada ibu nifas anemia sedang di Puskesmas Gemolong.
Mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek pada asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang di Puskesmas Gemolong.
Manfaat
Laporan kasus ini dapat memberikan guna dan manfaat bagi :
Bagi Penulis
Dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah dalam praktek dilahan, serta memperoleh dengan secara langsung dalammemberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan.
Bagi Bidan
Diharapkan dapat majadi pertimbangan bagi profesi bidan dalam upaya meningkatkan mutu dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia ringan.
Bagi Institusi
Bagi Puskesmas Gemolong
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatakan kualitas pelayanan kebidanan khususnya pada ibu nifas dengan anemia sedang.
Bagi Institusi Polieknik Kesehatan Surakarta
Digunakan sebagai tambahan wancana atau referensi sehingga dapat menambah pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia sedang.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Teori Klinis
Nifas
Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
Masa nifas (puerperium) di mulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Wanita yang melalui periode puerperium disebut puerpura. Peuerperium (Nifas) berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal.
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari menurut itungan awam merupakan masa nifas. Masa ini penting sekali untuk terus di pantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama halnya dengan masa haid (Varney. 2007).

Tujuan Masa Nifas
Menurut Saleha15, tujuan masa nifas antara lain :
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, cara dan mafaat menyusui, serta perawatan bayi sehari-hari.
Memberikan pelayanan KB.
Tahapan Masa Nifas
Menurut Ambarwati1, nifas dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :
Puerperium Dini yaitu kepulihan dimana ibu di perbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktifitas layaknya wanita normal lainnya.
Puerperium intermediate yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalian yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
Puerperium remote yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi.

Perubahan Masa Nifas
Uterus
Pada uterus terjadi proses involusi. Proses involusi addalah proses kembalinya uterus ke dalam keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini di mulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama beasr uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu (kira-kira sebesar jeruk asam) dan baratnya kira-kira 100 gr.
Dalam waktu 12 jam. Tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1-2 cm setiap 24 jam. Pada hari pasca partum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbillikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa sipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
Uterus pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi kira-kira 500 gr 1 minggu setelah melahirkan seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada seminggu ke enam beratnya menjadi 50-60 gr.
Peningkatan kadar ekstrogen dan progestron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masih selama hamil. Pertumbuhan uterus prenatal bergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah-jumlah sel otot dan hipertrofi sel-sel yang telah ada. Pada masa postpartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang berbentuk selama masa hamil menetap. Hal inilah yang menjadi ukuran sedikit lebih setelah hamil (Varney. 2007).
Subinvolusi adalah kegagalan uterus untuk kembali pada keadaan tidak hamil. Penyebab sub involusi yang paling sering adalah tertahannya fragmen plasenta dan infeksi.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
Iskemia miometrum disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus-menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relatif anemia dan menyebabkan serat otot atrofi.
Autollisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterus.
Efek oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang akan mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus.
Perubahan uterus ini behubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.


Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut Masa Involusi
Involusi
Tinggi Fundus Uteri
Berat Uterus (gr)
Diameter Bekas Melekat Plasenta (cm)
Keadaan Serviks

Bayi lahir
Setinggi pusat
1000

Uri Lahir
2 jari di bawah pusat
750
12,5
Lembek

1 minggu
Pertengahan pusat-simpisis
500
7,5
Beberapa hari setelah postpartum dapat di lalui 2 jari Akhir minggu pertama dapat di masuki 1 jari.

2 minggu
Tidak teraba diatas simpisis
3500
3-4

6 minggu
Bertambah kecil
50-60
1-2

8 minggu
Sebesar normal
30


Vagina
Vagina dan lubang vagina pada permulaan puerperium merupakan suatu saluran yang luar dan berdinding tipis. Secara berangsur-angsur luasnya berkurang, tetapi jarang sekali kembali seperti ukuran seorang nulipara. Rugae timbul kembali yang kecil, yang dalam proses pembentukan berubah menjadi karunkulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara (Varney. 2007).



Lokhea
Lokhea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama masa nifas. Lokia terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
Lokhea rubra/merah (kruenta)
Lokhea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dan serabut dari desidua dan chorion. Lokhea ini terdiri atas sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa darah.
Lokhea sanguinolenta
Lokhea ini berwarna merah kuning berisi darah dan lendir karena pengaruh plasma darah, pengeluarannya pada hari ke 3-5 hari postpartum.
Lokhea serosa
Lokhea ini muncul pada hari ke 5-9 postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lokhea ini terdiri atas lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri atas leukosit dan robekan laserasi plasenta.
 Lokhea alba
Lokhea ini muncul lebih dari hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan, serta lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan yang mati (Varney. 2007)..
Perubahan pada sistem pencernaan
Ibu biasanya merasa lapar segera setelahmelahirkan sehingga ia boleh mengkomsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post-primordial, dan dapat di toleransi dengan diet yang ringan.Setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anastesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makana dua kali dari jumlah yang biasa di komsumsi disertai komsumsi camilan sering ditemukan (Bahiyatun, 2009). Sering kali untuk pemulihan, diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.Meskipun kaddar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberi enema (Depkes, R. 2010).
Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8 minggu, tergantung pada keadaan/status sebelum persalinan, lamanya kala II di lalui, besarnya tekanan kepala yang menekan saat persalinan (Depkes, R. 2010).
Perubahan tanda-tanda vital
Suhu
Suhu badan sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh mungkin naik sedikit, antara 37,2oC-37,5oC. Kemungkinan disebabkan karena ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38oC pada hari kedua sampai hari-hari berikutnya, arus diwaspadai infeksi atau sepsis nifas.
Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 kali permenit, yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama postpartum.
Tekanan darah
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkatkan dari pra persalinan pada 1-3 hari postpartum.


Respirasi
Respirasi pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal, dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan/dalam kondisi istirahat. Bila ada respirasi cepat postpartum (>30x permenit) mungkin karena ikutan tanda-tanda syok (Wihasti, N. 2015).
Perubahan-perubahan psikis ibu nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adasptasi yang harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya merupakan dukungan positif untuk ibu Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut :
Kebutuhan Dasar Masa Nifas
Kebutuhan dasar masa nifas menurut Saleha, Sitti (2009) antara lain :
Nutrisi dan cairan
Ibu yang menyusui harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut :
Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari
Pil zat besi harus di minum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca persalinan
Minum kapsul vitamin A 200.000 unit agar dapat memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI.
Kebutuhan ambulasi
Ambulansi dini (early ambulation) yaitu kebijaksanaan agar secepat mungkin bidan membimibing ibu post partum bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin untuk berjalan. Sekarang tidak perlu menahan lagi ibu post partum telentang ditempat tidurnya selama 7 samapi 14 hari setelah melahirkan. Ibu post partum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24 sampai 48 jam post partum.
Kebutuhan eliminasi
Kebutuhan eliminasi menurut Siti Saleha (2009)  terdiri atas :
Miksi
Buang air kecil sendiri sebainya dilakukan secepatnya, miksi normal bila dapat BAK spontan setiap 3-4 jam.Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter uretra tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritaso muskulo spingter ani selama persalinan, atau dikarenkan oedem kandung kemih selama persalinan.Lakukan kateterilasi apabila kandung kemih penuh dan sulit berkemih.
Defekasi
Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila mengalami kesulitan BAB/obstipasi, lakukan diet teratur; cukup cairan; komsumsi makanan berserat; plahraga; berikan obatrangsangan per oral/per rectal atau lakukan klisma bila mana perlu.
Kebutuhan Personal hygiene
Kebersihan diri berguna untuk mengurangi infeksi dan meningkatkan perasaan nyaman.Kebersihan diri meliputi kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur maupun lingkungan13. Beberapa hal yanag dapat dilakukan ibu post partum dalam menjaga kebersihan diri, adalah sebagai berikut :
Mandi teratur minimal 2 kali sehari.
Manganti pakaian dan alas tempat tidur.
Menjaga lingkungan sekitar tempat tinggal.
Melakukan lingkungan sekitar perineum.
Mengganti pembalut minimal 2 kali sehari.
Mencuci tangan setiap membersihkan daerah genetalia.
Kebutuhan istirahat dan tidur
Hal-hal yang dapat dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :
Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan2.
Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur2.
Kurang istirahat dapat mengalami ibu beberapa hal :
Mengurangi jumlah ASI yang di produksi
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
Senam Nifas
Selama kehamilan dan pesalinan ibu banyak mengalami perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor, longgarnya liang senggama, dan otot dasar panggul. Untuk mengambalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu setelah melahirkan. Ibu tiadak perlu takut untuk banyak bergerak, karena dengan ambulasi secara dini dapat membantu rahim untuk kembali kebentuk semula.
Senam nifas adalah senam yag dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari yag kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang dilakukan untuk mempercepat pemulihan ibu.
Seksualitas Masa Nifas
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti.Namum demikian hubungan seksual dilakukan tegantung suami istri tersebut.Selama periode nifas, hubungan seksual juga dapat berkurang.
Hal yang dapat menyebabkan pola seksual selama nifas berkurang antara lain :
Gangguan/ketidaknyamanan fisik
Kelehanan
Ketidakseimbagan hormone
Kecemasan berlebihan.
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari (6 minggu), dengan tujuan menjaga kesehatan ibu.Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri1.
Beberapa cara yang dapat mengatasi kemesraan suami istri setelah periode nifas, Siti Saleha (2009) antara lain :
Hindari menyebut ayah dan ibu.
Mencari pengasuh bayi.
Mebantu kesebukan istri.
Menyempatkan bekencan.
Menyakinkan diri.
Bersikap terbuka.
Konsultasi dengan ahllinya.



Kunjungan Masa Nifas
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas di lakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Tabel 2.2 JadwalKunjungan Masa Nifas
Kunjungan
Waktu
Tujuan

1
6-8 jam setelah persalinan
Mencegah perdarahan masa nifas.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencagah hipotermi.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia haarus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2
6 hari setelah persalinan
Memastikan involusi uterus berjalan normal : uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan abdormal, tidak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.


3
2 minggu setelah persalinan
Sama seperti diatas (6 hari setelah persalinan)

4
6 minggu setelah persalinan
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
Memberikan konseling KB secara dini.


Anemia
Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar HB dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan anemia bila kadar hemoglobinnya dibawah <12 gr%4. kondisi ibu dengan kadar HB dalam darah dibawah 11 gr% pada trimester I dan III dan kadar HB kurang dari 10,5 gr% pada trimester II.
Tingkatan anemia menurut Menuaba.I.B.G (2007), dibagi menjadi 3. Yaitu antara lain :
Anemia ringan, dimana jika kadar HB 9,00-10,00 gr%
Anemia sedang, dimana jika kadar HB 7,00-8,00 gr%
Anemia berat, dimana jika kadar HB <7,00 gr%
Klasifikasi Anemia
Jenis-jenis anemia adalah sebagai berikut :
Anemia Megaloblastik
Anemia megaloblastik disebabkan karena definisi asam folik, jarang terjadi karena defisiensi vitamin B12, kekurangan ini erat hubungannya dengan defisiensi zat makanan.
Anemia Hipoplastik
Anemia hipoplastik ini disebabkan sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru.
Anemia Himolitik
Anemia himolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya.
Anemia Defisiensi Zat Besi
Anemia defisiensi zat besi paling sering dijumpai pada ibu yang mengalami masa nifas.Anemia ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dengan makanan di dalam tubuh, gangguan re-absorbsi, atau terlampau banyaknya zat besi keluar dari tubuh seperti perdarahan.
Tanda-tanda dan gejala Anemia
Menurut Manuaba.I.B.G (2007), tanda-tanda dan gejala yang sering dialami oleh ibu nifas dengan anemia adalah :
Cepat lelah
Sering pusing
Mata berkunang-kunang
Lidah luka
Nafsu makan turun (anoreksia)
Konsentrasi hilang
Nafas pendek (pada anemia parah)
Keluhan mual, muntah lebih hebat pada hamil nuda
Conjungtiva pucat.

Faktor Penyebab Anemia
Menurut Manuaba.I.B.G (2007), penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai berikut :
Kurang gizi (malnutrisi)
Kurang zat besi
Malabsorpsi
Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain
Penyakit-penyakit yang kronis seperti TBC, paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain

Pengaruh Anemia
Anemia pada masa nifas memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu dan pada nifas selanjutnya. Berbagai penyulit dapat timbul akibat anemia, seperti :
Anemia terhadap kehamilan menurut Manuaba.I.B.G (2007), adalah :
Dapat terjadi abortus
Persalinan prematurritas
Hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim
Mudah terjadi infeksi
Ancaman decompensasi kordis (Hemoglobin <6 gr%)
Hiperemesis gravidarum
Perdarahan antepartum
Ketuban pecah dini
Pengaruh anemia pada persalinan menurut Manuaba, I.B.G (2007), adalah :
Gangguan his-kukuatan mengejan
Kala satu berlangsung lama, dan terjadi partus terlantar
Kala dua berlangsung lama, sehingga dapat melelahkandan sering memerlukan tindakan operasi kebidanan
Kala uri dapat diikuti retensio plasenta dan perdarahan postpartum karena atonia uteri
Kala empat dapat terjadi perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.
Pengaruh anemia pada kala nifas menurut Manuaba8, adalah :
Terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan postpartum
Memudahkan infeksi puerperium
Terjadi decompensasio cordis yang mendadak setelah persalinan
Pengeluran ASI berkurang
Mudah terjadi infeksi mamae
Pengaruh anemia terhadap janin menurut Manuaba8, adalah :
Abortus
Terjadi kematian intra uterin
Persalinan prematuritas tinggi
Berat badan lahir rendah
Kelahiran dengan anemia
Dapat terjadi cacat bawaan
Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
Meurut Inna, A. (2011), penatalaksaan anemia adalah sebagai berikut :
Memberi dan menambah suplemen zat besi
Memberi tambahan asam folat 15-30 mg/hari, vitamin B12 1,25 mg/hari, sulfas ferrosus 500 mg/hari.
Melakukan transfusi darah

Anemia Sedang
Pengertian Anemia Sedang
Menurut Manuaba, I.B.G. (2007) ,anemia sedang adalah dimana kadar hemoglobin berkisar antara 7-8 gr%.
Anemia sedang adalah apabila kadar darah yang dihasilkan oleh pemeriksaan Hb sahli sebesar 7-8 gr%9.

Gejala Anemia Sedang
Menurut Manuaba, I.B.G (2007) pada anemia akan didapatkan keluhan sebagai berikut:
Cepat lelah
Sering pusing
Mata berkunang-kunang
Badan lemas

Komplikasi
Komplikasi anemia sedang pada ibu nifas dapat terjadi, hal ini dikarenakan ibu mengalami perdarahan saat persalinan, proses persalinan berlangsung sangat lama, atau si ibu sudah menderita anemia sejak masa kehamilan. Perdarahan pada masa nifas bila tidak segera diatasin, dapat menyebabkan rahim tidak mampu berkontraksi atau kontraksi sangat lemah.
Penegakan Diagnosa
Anamnesa
Dengan anemnesa didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing dan mata berkunang-kunang8.
Pemeriksaan fisik
Keluhan lemah, kulit pucat, sementara tensi masih dalam batas normal, pucat padamembran mukosa, dan konjungtiva oleh kaena kurang sel darah merah pada pembuluh darah kapiler serta pucat pada kuku dan jari tangan.
Pemeriksaan darah
Pemeriksaan dan pengawasan Hb untuk menentukan derajat anemia dapat dilakukan dengan menggunakan tes laboratorium atau alat sahli. Anemia dapat didiagnosadengan pasti kalau kadar Hb lebih rendah dari batas normal, berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin.

Penatalaksanaan
Menurut Manuaba,I.B.G (2007), penatalaksanaan anemia sedang antara lain :
Meningkatkan gizi penderita
Faktor utama penyebab anemia ini adalah faktor gizi, terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan oleh ibu nifas yang mengalamianemia sedang.
Memberi suplemen zat besi
Peroral
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os gram besi 2x1 (200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus.Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau lebih.Vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.
Parental
Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral,ada gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara intramuscular/intravena.Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000 mg intravena.
Transfusi darah
Transfusi darah sebagai pengobatan anemia sedang dalam masa nifas sangat jarang diberikan walaupun Hb-nya kurang dari 6 gr/100 ml, apabila tidak terjadi perdarahan.

Teori Manajemen Kebidanan
Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang di gunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien. (Winkjosastro.(2007)).
Proses manajemen kebidanan
Proses manajemen kebidanan menurut 7 langkah varney :
Langkah I : Pengkajian Data
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalahmengumpulkan semua data yang di butuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.Merupakan langkah pertama untuk mrngumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien.Pengumpulan data mencakup data subjektif dan data objektif.
Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang di dapat dari klien sebgai pendapat situasi data kejadian.Informasi dapat ditentukan dengan informasi atau komunikasi.
Biodata yang mencakup identitas pasien menurut Ambarwati1, meliputi :
Nama
Dikaji dengan nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak keliru memberikan penanganan atau asuhan.
Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikis belum siap.Sedangkan umur lebih dari 35 tahun renta sekali terjadi perdarahan pada masa nifas.
Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk membimbing atau mengarahkan pasien dalam berdoa dan beribadah.
Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari.
Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektual, sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini mempengaruh dalam gizi pasien.
Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
Keluhan Utama
Untuk mengetahui masalah yang di hadapi yang berkaitan oleh masa nifas, misalnya pasien merasa mules, terasa pusing, cepat lelah, dan badan terasa lemas, sehingga pasien merasa tidak nyaman dengan kondisi yang dirasakannya.
Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti : jantung, diabetes militus, hipertensi, asma yang dapat mempengaruhi pada masa nifas.
Riwayat kesehatan sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mempegaruhi kemungkinan adanya penyakit yang di derita pada saat ini yang ada hubungannya pada masa nifas dan bayinya.
Riwayat kesehatan kelurga
Data ini perlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang menyertainya.
Riwayat Menstruasi
Untuk mengetahui kapan mulai menstruasi, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya dara menstruasi, teratur/tidak menstruasinya, sifat darah menstruasinya, keluhan yang di rasakan saat menstruasi disebut disminorea (Varney. (2007)).
Riwayat Perkawinan
Pada status perkawinan yang ditanyakan adalah kawin syah, berapa kali, usia menikah berapa tahun, dengan suami usia berapa, lama perkawinan, dan sudah mempunyai anak belum.
Riwayat Kehamilan, Persalinan da Nifas yang lalu
Untuk mengetahui jumlah kehamilan, riwayat persalinan yaitu jarak antar dua kelahiran, tempat kelahiran, lamanya melahirkan, dan cara melahirkan. Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan.Riwayat kelahiran anak mencakup berat badan sewaktu lahir, adakah kelainan bawaan bayi, jenis kelamin bayi, keadaan bayi hidup/mati data di lahirkan (Varney. (2007)).
Riwayat Keluarga Berencana
Untuk mengetahui apakah pasien penah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
Riwayat Kehamilan sekarang
Menurut Bahiyatun (2009), riwayat kehamilan yang perlu dikaji meliputi :
Hari pertama haid terakhir serta tafsiran persalinannya
Keluhan-keluhan pada trimester I,II,III
Dimana ibu biasa memeriksakan kehamilannya
Selama hamil berapa kali ibu periksa
Penyuluhan apa yang pernah di dapat ibu selama hamil
Pergerakan anak pertama kali di rasakan pada kehamilan berapa minggu
Imunisasi TT : sudah/belum imunisasi, berapa kali telah dilakukan imunisasi TT selama hamil.
Riwayat Persalinan Sekarang
Untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi, meliputi panjang badan, berat badan, penolong persallinan.Hal ini perlu di kaji untuk mengetahui apakah peoses persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas ini (Varney. (2007)).
Pola kebiasaan pada masa nifas
Nutrisi
Untuk mengetahui gambaran tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan dan makanan pantagan.
Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsintensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
Istirahat/tidur
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan mengkomsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang.Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan.
Keadaan psikologis
Untuk mengetahui perasaan ibu sekarang apakah ibu merasa takut atau cemas dengan keadaan ibu sekarang.
Riwayat social budaya
Untuk mengetahui kehamilan ini direncanakan atau tidak, diterima atau tidak, jenis kelamin yang di harapkan dan lain-lain.
Data Objektif
Data objektif adalah data yang sesungguhnya dapat di observasi dan dapat di lihat oleh tenaga kesehatan.
Status generalis
Keadaan umum
Untuk mengetahui apakah ibu dalam keadaan baik, cukup atau kurang.
Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu apakah ibu composmentis(sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan di sekelilingnya), somnolen (kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh), koma (tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun, tidak ada respon kornea dan reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Untuk mengetahui tekanan darah ibu. Pada beberapa kasus di temukan keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akanmenghilang dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit lain yang menyertainya dalam 2 bulan pengobatan.
Nadi
Untuk mengetahui nadi pasien yang di hitung dalam menit.Batas normal nadi berkisar antara 60-80 X/menit. Denyut nadi diatas 100X/menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah satu bisa di akibatkan oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang berlebihan.
Suhu
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C sesudah partus dapat naik 0,50C dan keadaan normal tetapi tidak melebihi 380C
Pernafasan
Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang di hitung dalam 1 menit, batas normalnya 20X/menit.
Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien, normalnya 155-165 cm
Lila
Untuk mengetahui status gizi pasien, normalnya 23,5 cm
Pemeriksaan sistematis
Inpeksi
Rambut
Untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah rontok atau tidak
Muka
Untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan, adakah oedema.
Mata
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak pada palpebra, conjungtiva pucat atau tidak, seklera ikterik atau tidak .
Mulut/gigi/gusi
Mulut mengetahui ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak
Abdomen
Untuk mengetahui ada luka bekas operasi atau tidak, ada strie atau tidak, ada linea alba nigra atau tidak
Vulva
Untuk mengetahui keadaan vulva adanya tanda-tanda infeksi, varices, pembesaran kelenjar bartholinidan perdarahan
Perineum
Untuk mengetahui keadaan perenium apakah ada oedema atau tidak, ada hematoma atau tidak, ada bekas luka episotomi atau tidak
Anus
Untuk mengetahui ada hemoroid atau tidak
Palpasi
Leher
Untuk mengetahui adakah pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar limfe, vena jugularis dan adanya benjolan atau tidak
Dada
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak ada nyeri atau tidak.
Abdomen
Untuk mengetahui kontraksi uterus : keras atau lemah, tinggi fundus uteri
Ekstremitas
Untuk mengethui cacat aau tidak, ada oedema atau tidak, ada varices atau tidak
Pemerikasaan penunjang
Pemerikasaan penunjang adalah pemeriksaan untuk mendukung penegakan diagnose yaitu pemeriksaan laboratorium, rontgen ultrasonografi dan lain-lain (Ambarwati, 2008). Pada kasus ibu nifas dengan anemia sedang dilakukan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium hemoglobin (Hb) (normal 12gr%).

Langkah ke II : Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnose kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Dalam langkah ini data yang telah sikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnose kebidanan dan masalah.
Diagnose Kebidanan
Diagnosa bidan yang telah di tegakkan dalam lingkup praktik kebidanan nomenklatur diagnose kebidanan,(Varney, 2007). Diagnosa kebidanan dengan Anemia Sedang
Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan keadaan pasien.Masalah yang sering muncul pada ibu nifas dengan anemia sedang yaitu ibu merasa cemas terhadap masa nifasnya karena merasa pusing dan lemas16.
Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi dalam diagnose dan masalah yang didapatkan dengan analisa data.
MenurutManuaba I.B.G, 2007), kebutuhan pada pasien nifas dengan anemia sedang adalah :
Informasi tentang keadaan ibu
Informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori, terutama zat besi
Support mental dari keluarga dan tenaga kesehatan

Langkah ke III : Diangosa Potensial
Pola langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahkan, sambil mengamati klien.Bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi.Diagnosa potensial terjadi apabila anemia sedang terus berlanjut bisa menyebabkan anemia berat.
Langkah ke IV : Antisipasi
Menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakanemergency segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Winkjosastro, 2007).
Antisipasi pertama yang dilakukan pada ibu nifas dengan anemia sedang yaitu dengan memberikan suplemen zat besi.
Langkah ke V : Perencanaan
Tahap ini merupakan tahap penyusunan rencana asuhan kebidanan secara menyeluruh dengan tepat dan berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada ibu nifas dengan anemia sedang menurut Manuaba I.B.G, 2007, adalah:
Meningkatkan gizi penderita, yaitu dengan penambahan makanan sayuran hijau.
Memberikan suplemen zat besi secara oral atau parenatal.
Transfuse darah
Langkah ke VI : Pelaksanaan
Ada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan oleh semua bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Pelaksanaan dikerjakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah dibuat. (Winkjosastro, 2007)
Langkah ke VII : Evaluasi
Pada langkah ini keefektifan dari asuhan yang telah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diindentifikasi di dalam diagnosa dan masalah(Winkjosastro, 2007)
Evaluasi pada ibu nifas dengan anemia sedang menurut Manuaba, 2007.
Terpenuhinya kebutuhan istirahat siang 1-2 jam, malam 8 jam
Ibu mau minum obat secara teratur
Pengetahui ibu bertambah tentang pengarah anemia terhadap masa nifas.
Pemeriksaan Hb rutin, kadar Hb meningkat
Pengetahuan ibu tentang makanan tang mengandung zat besi, tata cara minum tablet tambah darah bertambah.
Tidak terjadi anemia berat.

Data Perkembangan SOAP
Menurut Varney, 2007, pendokumentasi data perkembangan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan menggunakan SOAP yaitu :
S :Subjektif
Mengembangkan pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui anamnesa.
O :Objektif
Mengambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil Hb dirumuskan dalam data focus untuk mendukung asuhan.
A :Analisa
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interprestasi data subjektif fan objektif dalam satu lingkungan identifikasi :
Diagnose atau masalah
Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi atau rujukan setelah interpretasi data, diagnose potensial dan intervensi.
P :Pelaksanaan
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.



























BAB IV
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PATOLOGI
PADA NY.D UMUR 19 TAHUN PIA0 POSTPARTUM HARI KE - 5
DENGAN ANEMIA RINGAN DI PUSKESMAS GEMOLONG

Tinjauan Kasus
No. RM : 055768
Pengkajian Tanggal/jam : Jumat, 7 november 2018, jam 10.00 WIB

PENGKAJIAN
Data Subjektif
Identitas Istri Suami
Nama         : Ny.D
Umur          : 19 Tahun
Agama        : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan    : IRT
Suku/bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Bolong, Gemolong
Nama          : Tn.H
Umur           : 24 Tahun
Agama         : Islam
Pendidikan   :  SMA
Pekerjaan     : Swasta
Suku/bangsa : Jawa Indonesia
Alamat : Bolong, Gemolong


Keluhan utama: Ibu mengatakanpusing dan lemas
Riwayat perkawinan :
Perkawinan : Pertama
Menikah umur : Istri 19 tahun, Suami 24 tahun
Lama perkawinan : 1 tahun
Status perkawinan : Sah
Riwayat Haid
Menarche : Umur 12 tahun
Lama menstruasi : 6-7 hari
Teratur/tidakteratur : Teratur
Sakit/ tidak : Kadang-kadang sakit
Siklus : 28 hari
Riwayat Obstetric
PIA0AhI
No
Tanggal
UK
Jenispersalinan
Tempat
P/L
BB lahir
Komplikasi

1
03 – 11 - 2018
39
Spontan
PMB
P
2600 gr
-


Riwayat Kontrasepsi
Ibu mengatakan tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun.
Riwayat Kesehatan
Ibu mengatakan dirinya dan keluarganya tidak sedang dan tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti Asma, Hipertensi, Jantung, DM maupun penyakit menular seperti HIV/AIDS, TBC, Hepatitis B
Riwayat Persalinan Terakhir
Keadaan Ibu
Masa Kehamilan : 39 minggu
Tempat Persalinan : Bidan Praktik Swasta
Penolong : Bidan
Jenis Persalinan : Spontan

KALA I
KALA II
KALA III
KALA IV

Perdarahan
±15 ml
±100 ml
±250 ml
±100 ml

Lama
7 jam
20 menit
10 menit
2 jam

Tindakan
Observasi DJJ, Vital Sign, kontraksi, kemajuan persalinan
Asuhan Persalinan Normal
Manajemen Aktif Kala III
Observasi kontrkasi,TFU, Perdarahan, TTV


Keadaan Bayi
Tanggal lahir, Jam : 03 November 2018, jam 04.00 WIB
Antopometri  : BBL 2510 gram, PB 48 cm,
LD 31 cm, LK30   cm, LILA 10 cm
Keadaan Umum          : Baik
Rawat Gabung/Tidak : Rawat Gabung
Kebutuhan Fisik
Nutrisi
Makan (Jenis : nasi, lauk pauk, sayur, porsi ±½ piring, frekuensi ± 3x sehari), tidak ada pantangan makanan.
Minum (Frekuensi :±8 gelas/hari)
Eliminasi
BAB
Frekuensi : Belum BAB
Konsistensi : lunak
Warna : kuning
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : ±5 x/hari
Warna : kuning jernih
Masalah : tidak ada
Suplemen
Mengkonsumsi tablet penambah darah selama perawatan di rumah.
Personal hygine
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 2x sehari
Keramas : Belum keramas
Pola Istirahat
Siang : saat bayi tidur ibu berusaha untuk istirahat
Malam : 8 jam(bangun saat anaknya menangis)
Masalah : tidak ada
Data Psikososial dan Spiritual
Penerimaan ibu terhadap kelahiran bayi
Ibu merasa senang karena kelahiran anaknya berjalan lancar.
Tanggapan keluarga terhadap kelahiran bayi
Keluarga merasa bersyukur karena proses kelahiran berjalan lancar.
Orang yang tinggal serumah dengan ibu
Ibu tinggal dengan orang tua dan suami
Coping/pemecahan masalah dari ibu
Pengambilan keputusan oleh ibu, suami dan keluarga
Pengetahuan ibu tentang masa nifas dan perawatan bayi
Personal hygiene ibu nifas
ASI eksklusif

Data Objektif
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tinggi Badan : 155 cm
Berat Badan : 53 kg
Vital Sign
Suhu : 36.80 C
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Mesoshepal, bersih, tidak ada massa.
Muka : Tidak ada oedema, pucat.
Mata :Konjungtiva pucat, sclera putih, simetris.
Telinga : Bersih, tidak ada serumen.
Mulut : Bibir lembab, tidak ada stomatitis, bersih, tidak ada karies.
Hidung :Bersih, tidak ada polip, tidak ada pernafasan cuping hidung.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, vena jugularis.
Payudara :Simetris, puting susumenonjol, areola hiperpigmentasi, tidak ada benjolan, colostrum sudah keluar.
Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, TFU pertengahan antara sympisis dan pusat, kandung kemih kosong.
Genetalia : Tidak ada luka jahitan, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, lokhea rubra.
Ektremitas
Atas : Tidak oedema.
Bawah : Tidak oedema, kuku tampak pucat
Anus : Tidak ada hemoroid.

Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 7 november 2018, Jam 10.15 WIB
Hb : 9,6 gr%

INTERPRETASI DATA
Diagnosa Kebidanan
Ny D umur 19 tahun P1A0Ah1 Postpartum hari ke-5 dengan Anemia Ringan.

DIAGNOSA POTENSIAL
Anemia Sedang

TINDAKAN SEGERA
Tidak ada.
PERENCANAAN
 Tanggal/Jam : 7 November 2018, jam 10.20 WIB
Jelaskan kepada ibu bahwa ibu mengalami anemia ringan
Observasi keadaan umum, TTV kontraksi uterus, TFU, dan perdarahan.
Beri pendidikan kesehatan tentang gizi ibu nifas, istirahat dan tidur, dan tanda bahaya pada masa nifas.
Beritahu ibu untuk melanjutkan obat yang di berikan oleh bidan.
Beritahu ibu untuk kunjungan ulang tanggal 14 November 2018, atau jika ada keluhan.

PELAKSANAAN
Tanggal/Jam : 07 November 2018, jam 10.20 WIB
Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu mengalami anemia ringan.
Mengobservasi keadaan umum dalam batas normal, TTV : Tekanan Darah, nadi, pernafasan, suhu, kontraksi uterus, TFU,dan PPV.
Memberi pendidikan kesehatan pada ibu tentang gizi ibu nifas terutama mengandung zat besi seperti sayuran berwarna hijau, makan yang mengandung protein. Istirahat tidur yaitu menjelaskan bahwa pola tidur ibu menyesuaikan pola tidur bayi, dan tanda bahaya masa nifas diantaranya perdarahan dari jalan lahir yang banyak, sakit kepala yang hebat, pandangan mata kabur.
Memberitahu ibu untuk melanjutkan obat yang diberikan oleh bidan.
Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang tanggal 14 November 2018, atau jika ada keluhan.

EVALUASI
Tanggal/Jam : 07 November 2018, jam 10,25 WIB
Ibu sudah mengetahui keadaanya sekarang bahwa ibu mengalami anemia ringan.
Sudah dilakukan observasi dengan hasil: keadaan umum dalam batas normal, TTV : Tekanan Darah : 90/60 mmHg, Nadi : 88 x/menit, Pernafasan : 22 x/menit, Suhu: 36,8oC, kontraksi uterus keras, TFU 2 jari dibawah pusat,dan PPV ±30 cc.
Ibu sudah minum terapi yang diberikan oleh bidan.
Ibu mengerti tentang gizi yang dibutuhkan ibu nifas dengan anemia, Ibu sudah mengerti pendidikan kesehatan pada ibu nifas tentang istirahat tidur dan tanda bahaya masa nifas.
Ibu bersedia untuk kunjungan ulang tanggal 14 November 2018, atau jika ada keluhan.

























DATA PERKEMBANGAN SOAP

Tanggal : 14 November 2018 jam 09.00 WIB

Subyektif
Keluhan Utama yang dirasakan saat ini : Ibu mengatakan sudah mulai membaik, ibu tidak ada keluhan.

Obyektif
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda tanda vital
Suhu : 36,7ÂșC
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan : 20 x/menit
Konjungtiva merah muda
Abdomen
Kontraksi : Keras
TFU : Tidak teraba
Genetalia
Lochea : Serosa
PPV : ±20 cc
Pemeriksaaan Lab Tanggal : 14 November 2018 jam 10.00 WIB
Hb : 11 gr%

Analisa
Ny D umur 19 tahun P1A0Ah1 Postpartum hari ke-12 dengan riwayat Anemia Ringan.


Penatalaksanaan
Tanggal/jam : 14 November 2018 jam 10.00 WIB
Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, keadaan umum ibu, vital sign, TFU dan Hb.
Evaluasi : hasil keadaaan tanda vital ibu dalam keadaan normal, TD : 110/80 mmHg, Pernafasan : 20 x/menit, Nadi : 80 x/menit, TFU tidak teraba, Hb 11 %gr/dL.
Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup
Evaluasi : ibu mengerti dan bersedia istirahat yang cukup
Menganjurkan ibu untuk selalu memyusui anaknya sesering mungkin
Evaluasi : ibu bersedia menyusui bayinya
Memberi ibu terapi obat yaitu vitamin C 1x100mg , Hemafort 1x200 mg
Evaluasi : Ibu sudah menerima terapi obat.
Memberitahu ibu untuk melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan. Evaluasi : Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang jika ada keluhan.















BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tantang kesenjangan yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di Puskesmas Gemolong dengan teori yang ada. Di sini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi:
Pengkajian
Berdasarkan data subyektif dan data obyektif yang penulis peroleh pada kasus Ny. D umur 19 tahun P1A0AhI post partum hari pertama didapatkan data ibu mengatakan badannya terasa, lemas, pusing, keadaan umum sedang, conjungtiva pucat, TD : 90/ 60 mmHg, N : 88 x/ menit, S : 36.80C, R = 22 x/ menit, Hb 9,6 gr%.
Pada hari lima ibu mengatakan pusing lemas sudah berkurang dan ibu sudah tidak cemas, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva pucat, TD : 100/70 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 37oC, Hb : 9,6 gr%.
Pada hari ke sepuluh ibu mengatakan sudah mulai membaik dan ibu tidak ada keluhan, keadaan umum baik, kesadaran composmentis, konjungtiva merah muda, TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,7oC, Hb : 11 gr%.
Menurut Manuaba I.B.G 2007, tanda dan gejala anemia adalah cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, nafsu makan menurun dan mual-mual. Dikatakan anemia ringandimana jika kadar HB 9,00-10,00 gr%
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami Ny. D menunjukkan antara teori dan kasus tidak ada kesenjangan.

Interpretasi Data
Pada interpretasi data terdiri dari diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan. Pada kasus Ny. D diagnosa kebidanannya adalah
Ny. D P1A0Ah1 umur 19 tahun post partum hari kelima dengan anemia ringan.
DS : Ibu mengatakan lemas dan pusing.
DO : konjungtiva pucat, TD : 90/60 mmHg, N: 88 x/m, R: 22 x/m, S: 36,8 0C, perdarahan ±30 cc, Hb : 9,6 %.
Ny. D P1A0Ah1 umur 19 tahun post partum hari ke sepuluh dengan anemia ringan.
DS : Ibu mengatakan pusing dan lemas sudah berkurang
DO : konjungtiva pucat, TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, R : 20 x/menit, S : 37oC, Hb : 11 gr %.
Untuk mengatasi masalah tersebut Ny. D menurut Manuaba. I.B.G 2007, penatalaksanaan anemia ringan antara lain :
Memberi suplemen zat besi
Peroral
Menurut Manuaba I.B.G 2007, pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os gram besi 2x1 (200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus.Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau lebih.Vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.
Parental
Menurut Sitti Saleha 2009, diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral,ada gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara intramuscular/intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000 mg intravena. Menurut (Nursalam 2007), masalah yang timbul adalah rasa cemas yang dikarenakan pusing, badan terasa lemas, maka dibutuhkan kebutuhan ibu nifas dengan anemia sedang, yaitu informasi tentang keadaan ibu, informasi tentang makanan bergizi dan cukup kalori (Manuaba I.B.G, 2007). Pada kasus ini tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan teori dan kasus.
Diagnosa Potensial
Pada kasus Ny.D yang mengalami anemia ringan, diagnosa potensialMenurut (Manuaba I.B.G, 2007), kemungkinan bisa mengalami anemia beratjika tidak dilakukan penanganan yang baik dan tepat.
Menurut (Prawirohardjo, 2012), anemia ringan pada ibu nifas dapat terjadi dikarenakan ibu mengalami perdarahan saat persalinan, atau si ibu sudah menderita anemia sejak masa kehamilan. Perdarahan pasa masa nifas bila tidak segera di atasi, dapat menyebabkan Rahim tidak mampu berkontraksi atau kontraksi sangat lemah.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjauan teori dengan praktik dilahan.
Antisipasi
Pada langkah antisipasi ini penulis menyusun dan merencanakan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ada, yaitu mengkonsumsi makanan bergizi, kolaborasi dengan petugas pemeriksa hemoglobin, sehingga tidak terjadi anemia berat. Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjauan teori dengan praktik dilahan.
Perencanaan .
Menurut Manuaba I.B.G 2007, rencana tindakan pada ibu nifas dengan anemia ringan meliputi meningkatkan konsumsi makanan bergizi/ sayuran hijau yang mengandung zat besi, memberi suplemen zat besi secara peroral atau parental dan transfusi darah.
Menurut Ambarwati 2008, renacan tindakan pada ibu nifas dengan anemia ringan, miningkatkan makanan yang protein, makanan yang mengandung zat besi, kalsium, memberi vitamin A, vitamin B1, vitamin B12, vitamin C, suplemen zat besi dan transfusi darah.
Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjaun teori dan praktik dilahan.
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan dilakukan berdasarkan rencana yang telah disusun penulis. Dalam kasus ini dilakukan pemberian terapitablet besi, mengkonsumsi makanan yang bergizi yang mengandung zat besi, kolaborasi dengan petugas laboratorium. Terdapat kesamaan antara teori dan praktek, karena penangananpada ibu nifas dengan anemia yaitu dengan meningkatkan suplemen zat besi dan makanan yang mengandung besi (Saleha, Sitti 2009).
Penatalaksanaan menurut Manuaba I.B.G 2007, penatalaksanaan anemiaringan antara lain :
Memberi suplemen zat besi
Peroral
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os gram besi 2x1 (200 mg) sehari seperti sulfas ferrosus atau glukonas ferrosus. Hb dapat dinaikan sampai 10 gr/100 ml atau lebih.Vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.
Parental
Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral,ada gangguan absorbs, penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara intramuscular/intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total 1000-2000 mg intravena. Pada kasus ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara tinjauan teori dan praktik di lahan.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah masalah yang sudah ada dapat diatasi sesuai dengan yang sudah direncanakan dan dilakukan. Dan kasus ini dapat dilihat dari hasil asuhan selama 5 hari mulai tanggal 07 November 2018 s.d 12 November 2018, yaitu ibu sudah merasa baik, tidak pusing, setelah diberi terapi obat dan di-check Hb ternyata ada peningkatan kadar Hb, terdapat kenaikan Hb dari 9,6 gr% menjadi 11 gr%.
Menurut Varney 2007, hasil yang diharapkan setelah melaksanakan tindakan yaitu anemia dapat teratasi, keadaan umum baik dan ibu merasa nyaman. Pada kasus ini terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, anemia masih belum dapat teratasi karena terbatasnya waktu asuhan yang penulis berikan, disamping itu pasien kurang teratur minum tablet Fe serta tidak terlalu suka dengan sayuran hijau yang mengandung zat besi.


























BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan manajemen menurut Varney pada ibu nifas dengan anemia sedang, maka penulis dapat mengambil kesimpulan yaitu sebagai berikut:
Dalam melakukan pengkajian terhadap Ny.D umur 19 tahun PIAOAhI dengan anemia ringan, dilaksanakan dengan pengumpulan data subyektif yang diperoleh dari hasil wawancara dari pasien mengatakan pusing dan lemas dan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik dan data penunjang yang diperoleh hasil pemeriksaan laboratorium yaitu pemeriksaan Hb 9,6 gr%. Dilakukan pengumpulan data didapat diagnosa Ny. D umur 19 tahun P1A0AhI post partum hari kelima dengan anemia ringan, yang disertai masalah yang dialami Ny. D adalah kepala terasa pusing, badan lemas, sehingga membutuhkan terapi asam mefenamat, amoxicillin, vitamin C, tablet besi dan informasi tentang makanan bergizi. Pada kasus Ny. D dengan anemia ringan jika tidak ditangani secara cepat akan terjadi anemia berat, namun pada Ny. D tidak terjadi, hal ini dikarenakan pasien mendapatkan penanganan yang tepat, cepat dan intensif.
Pelaksanaan pada Ny.D dengan anemia ringan adalah, meningkatkan konsumsi pemberian suplemen zat besi. Evaluasi setelah diberikan asuhan selama 5 hari diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, tidak pusing, tidak lemas, setelah diberi terapi obat dan di-checkHb ternyata ada peningkatan kadar Hb dari 9,6 gr% menjadi 11 gr%.
Pembahasan pada asuhan kebidanan pada Ny.D dengan anemia ringan tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus.

Saran
Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi dan menambah wawasan tentang ilmu kebidanan khususnya kesehatan ibu mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan perdarahan postpartum di Puskesmas Gemolong.
Bagi Bidan Puskesmas Gemolong.
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan terhadap bidan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya yang berhubungan dengan asuhan kebidanan ibu nifas dengan anemia di Puskesmas Gemolong.
Bagi Puskesmas Gemolong
Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi masukan maupun evaluasi terhadap program pelayanan kesehatan khususnya mengenai asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia di Puskesmas Gemolong.
Bagi Institusi Politeknik Kesehatan Surakarta
Studi kasus ini diharapkan dapat sebagai bacaan serta referensi tentang asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan anemia di Puskesmas Gemolong.















DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendika

Bahiyatun. (2009). Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Depkes, R. (2010). Asuhan Kebidanan Post Partum. Jawa Tengah: Departemen Kesehatan.

Departemen Kesehatan RI. (2013). Profil Kesehatan Indonesia. Diunduh Januari 5, 2016, dari http://depkes.go.id.

Dinkes Kabupaten Bantul. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.

Dinkes, (2012). Laporan tahunan Dinas Kesehatan Provinsi DIY: Yogyakarta.

Manuaba.I.B.G (2007).Gawat Darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC.

Inna, A. (2011). Ibu Nifas dengan Anemia Sedang. Jurnal UGM .

Nursalam. (2010). badan Penelitian dan Pengembangan Keshatan. Jakarta: Media Aesculapius.

Nursalam. (2007). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Media Aesculapius.

Prawirohardjo. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal . Jakarta: Arcan.

RSUD Wonosari, (2015). Laporan Tahunan Ruang Nifas. Yogyakarta

Saleha, Sitti (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.Jakarta:Salemba Madika.

Varney. (2007). Varney's Midwifery. Third Edition , New York, Jones and Bartlett Publisher.

Winkjosastro. (2007). Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP.

Widyaningsih, D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Patologi. Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pendahuluan Askeb Kehamilan Normal

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat. Profesi ini telah menduduki peran dan posisi bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di samping dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik(Sujatmiko, 2005). Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Hal ini sesuai dengan surat keputusan menteri kesehatan tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, dalam SK tersebut diatur tentang pelayanan kesehatan yang wajib dilakukan oleh kabupaten dan dibuat target 2010.Adapun SPM yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan ibu hamil K4 (ibu hamil yang mendapat...

PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA-KB DIWILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, ru...

Laporan Pendahuluan Askeb Nifas

BAB I PENDAHULUAN A.       LATAR BELAKANG Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,2007) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 248 per 100.000 kelahiran. Setelah persalinan, Wanita akan mengalami masa nifas untuk dapat mengembalikan alat- alat genetalia ke keaadaan normal. Pengembalian alat - alat genetalia berlangsung secara berangsur - angsur selama 6 minggu. Dalam waktu 6 minggu ini kemungkinan terjadi komplikasi atau kelainan- kelainan pada ibu nifas sangat besar. Untuk itu perawatan ibu nifas harus dilakukan secara baik, intensif dan tepat. Karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tingginya kematian pada ibu nifas secara berurutan dari yang paling banyak adalah; perdarahan, infeksi,preeklamsi, eklamsi. Sebagai tenaga kesehatan, kita harus mengurangi ...