Langsung ke konten utama

MAKALAH NEONATUS



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
            Bayi baru lahir atau neonatus meliputi umur 0 – 28 hari. Kehidupan pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena memerlukan penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-baiknya. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan angka kematian neonatus. Diperkirakan 2/3 kematian bayi di bawah umur satu tahun terjadi pada masa neonatus. Peralihan dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin memerlukan berbagai perubahan biokimia dan faali.
            Masalah pada neonatus biasanya timbul sebagai akibat yang spesifik terjadi pada masa perinatal. Tidak hanya merupakan penyebab kematian tetapi juga kecacatan. Masalah ini timbul sebagai akibat buruknya kesehatan ibu, perawatan kehamilan yang kurang memadai, manajemen persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, kurangnya perawatan bayi baru lahir. Kalau ibu meninggal pada waktu melahirkan, si bayi akan mempunyai kesempatan hidup yang kecil.
            Tingkat kesehatan ibu dan anak merupakan salah salah satu indikator di suatu negara. Angka kematian maternal dan neonatal masih tinggi, salah satu faktor penting dalam upaya penurunan angka tersebut dengan memberikan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang berkualitas keadaan masyarakat yang belum terlaksana. (Prawirohardjo, 2009 ;  54 ). Menurut WHO, setiap tahunnya kira-kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi lahir mengalami asfiksia, hampir 1 juta bayi ini kemudian meninggal. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi, sebanyak 57% meninggal pada masa BBL (usia dibawah 1 bulan). Setiap 6 menit terdapat satu bayi meninggal. Penyebab kematian BBL di indonesia adalah BBLR 29%, Asfiksia 27%, trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital (JNPK-KR, 2008; h.145)
            Untuk mampu mewujudkan koordinasi dan standar pelayanan yang berkualitas maka petugas kesehatan dibekali pengetahuan dan keterampilan untuk dapat melaksanakan pelayanan essensial neonatal.

B.    Tujuan
Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan bayi baru lahir berdasarkan metode menajemen Varney.
Tujuan Khusus :
1.    Mahasiswa mampu melaksanakan pengkajian data subjektif dan data objektif.
2.    Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa masalah dan diagnosa kebutuhan.
3.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain.
4.    Mahasiswa mampu mengetahui kebutuhan bayi baru lahir.
5.    Mahasiswa mampu merencanakan asuhan bayi baru lahir yang menyeluruh.
6.    Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan.
7.    Mahasiswa mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan.

C.     Manfaat
1.    Menambah pengetahuan tenaga kesehatan tentang asuhan bayi baru lahir.
2.    Menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas tentang asuhan
bayi baru lahir serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
3.    Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi serta masalah pada bayi sehingga timbul kesadaran bagi klien untuk memperhatikan bayinya.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1  Teori Medis
A.    Pengertian Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Pra Sekolah.
1.      Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan genap  37 minggu sampai dengan 42 minggu dengan berat badan antara 2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan. (Rukiyah, 2010; hal. 2)
2.      Neonatus adalah bayi baru lahir sampai 28 hari pertama kehidupan (Surasmi, 2003).
3.      Bayi adalah manusia yang berusia 28 hari sampai usia 24 bulan.
4.      Balita adalah singkatan dari bawah lima tahun. Manusia dalam masa balita berumur 2 sampai 5 tahun. Pada masa-masa balita balita biasanya sudah dapat berjalan atau berlari, menggunakan banyak energi untuk melakukan aktivitas.
5.      Anak pra sekolah yaitu anak yang berusia aniara 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman (1993). 
B.     Bayi Baru Lahir
1.      Ciri-ciri Umum Bayi Baru Lahir Normal
a.       Berat badan 2500-4000 gram;
b.      Panjang badan 48-52 cm;
c.       Lingkar dada 30-38 cm;
d.      Lingkar kepala 33-35 cm;
e.       Bunyi jantung dalam menit pertama kira-kira 180 kali/menit, kemudian menurun sampai 120-140 denyut/menit;
f.       Pernapasan pada menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit;
g.      Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan yang cukup terbentuk dan diliputi verniks kaseosa;
h.      Rambut lanugo tidak terlihat lagi, rambut kepala biasanya telah sempurna;
i.        Kuku agak panjang dan lunak;
j.        Genetalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki);
k.      Reflek sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan baik
l.        Reflek moro sudah baik, bayi ketika dikejutkan akan memperlihatkan gerakan tangan seperti memeluk;
m.    Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 48 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Wahyuni, 2012).
2.      Masa Adaptasi Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi usia 0 – 28 hari, selama periode ini bayi harus menyesuaikan diri dengan lingkungan ekstra uteri, yang terbagi dalam dua masa antara lain :
a.       Masa Portunate 
Masa portunate pada bayi berlangsung antara 15 - 30 menit pertama sejak bayi lahir sampai tali pusatnya dipotong.
b.      Masa Neonate
Masa neonate berlangsung dari pemotongan dan pengkatan tali pusar sampai akhir mingggu kedua dari kehidupan pascamatur. Ada empat penyesuaian utama yang harus dilakukan sebelum anak dapat memperoleh kemajuan perkembangan tingkah laku, yaitu :
1)        Perubahan suhu dalam rahim ibu dengan suhu lingkungan.
2)        Perubahan pernafasan, sebelum lahir bayi bernafas dengan plasenta dan setelah lahir bernafas dengan paru-paru.
3)        Dan menelan sebagai cara untuk memperoleh makanan yang semula dari plasenta melalui tali pusat.
4)        Cara pembuangan melalui organ-organ sekresi yang mana sebelum lahir melalui plasenta dan tali pusat.
Pada masa neonatus, bayi akan lebih banyak tidur dan untuk mempertahankan hidupnya dengan beberapa kemampuan antara lain : 
a.       Insting
Insting adalah kemampuan yang ada sejak lahir, bersifat psikofisis yang bertujuan untuk memberikan reaksi terhadap lingkungan dengan rangsangan yang khas dan terjadi tanpa belajar. Misalanya : reaksi menyusui, kebutuhan akan rasa aman, insting sosial yang memungkinkan anak berkomunikasi dengan lingkungan misalnya senyum bila ibu mengajak bayi bicara.
b.      Reflek
Refleks adalah gerakan yang terjadi secara otomatis/spontan tanpa disadari pada bayi yang normal. Macam-macam reflek pada bayi antara lain :
1)   Tonic Neck reflek (reflek tonus leher) adalah gerakan spontan otot kuduk, apabila bayi ditengkurapkan, maka secara spontan bayi akan memiringkan kepalanya.
2)   Rooting reflek (reflek menghisap) adalah reflek apabila ada yang menyentuh disekitar mulut bayi, maka bayi akan membuka mulutnya dan memiringkan kepalanya kearah yang menyentuh.
3)   Graps reflek (reflek menggenggam), apabila tangan kita menyentuh telapak tangan bayi, maka bayi akan berusaha menggenggam tangan kita dengan kuat.
4)   Moro reflek adalah reaksi emosional yang timbul di luar kemauan atau kesadaran bayi. Reflek ini seolah-olah bayi mendekatkan tubuhnya pada orang yang mendekapnya.
5)   Startle reflek (reflek mengehntak) adalah rekasi emosional berupa hentakan dan gerakan seperti mengejang pada lengan dan tangan dan sering diikuti dengan tangisan rasa takut.
6)   Stapping reflek bersifat reflek belajar seolah-olah akan berjalan.
(Rukiyah : 2013)
c.       Kemampuan untuk belajar 
3.      Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus.
a.       Sistem pernapasan
Selama didalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Rangsangan untuk gerakan pernapasan pertama :
(1)   Tekanan mekanik torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).
(2)   Penurunan O2 dan kenaikan CO2 merangsang komereseptor yang terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).
(3)   Rangsangan dingin di daerah muka dan penurunan suhu didalam uterus (stimulasi sensorik).
Pernapasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam waktu 30 detik pertama sesudah lahir. (Indrayani & Moudy, 2013).
b.      Sirkulasi darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian langsung keserambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung. Dari bilik kiri darah dipompa melalui aorta keseluruh tubuh. Dari bilik kanan darah di pompa sebagian ke paru dan sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan menjadi konstan kira-kira-kira 85/40 mmHg (Indrayani & Moudy, 2013).
c.       Perlindungan termal (termoregulasi)
Mekanisme pengaturan suhu tubuh ada bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, untuk itu perlu dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas dari tubuh bayi karena bayi beresiko mengalami hipotermi. Beberapa mekanisme kehilangan panas tubuh pada BBL menurut Wahyuni (2012) :
1)      Evaporasi
Kehilangan panas terjadi karena menguapnya cairan pada tubuh bayi.
2)      Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dan benda atau permukaan yang temperaturnya lebih rendah.
3)      Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat tubuh bayi terpapar udara atau lingkungan yang bertemperatur dingin.
4)      Radiasi
Kehilangan panas badan bayi melalui pancaran/ radiasi dari tubuh bayi kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin.
d.      Metabolisme
Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa sehingga metabolisme basal per KgBB akan lebih besar, sehingga BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.
e.       Keseimbangan air dan fungsi ginjal
Fungsi ginjal belum sempurna karena :
1)      Jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa.
2)      Ketidak seimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal.
3)      Renal blood flow relatif kurang bila dibanding dengan orang dewasa (Indrayani & Moudy, 2013).
f.       Immunoglobulin
1)      Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada sumsum tulang belakang dan lamina propia ilium dan apendiks.
2)      Plasentan merupakan sawar sehingga fetus bebas dari antigen dan stress imunologis.
3)      Pada BBL hanya terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
4)      Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (Lues, toksoplasma, herpes simpleks) reaksi imunologis dapat terjadi dengan pembentukan sel plasma dan antiboti gama A, G dan M (Indrayani & Moudy, 2013)
g.      Traktus digestivus
Traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinjanya sudah berbentuk dan berwarna biasa. Gumoh sering terjadi akibat dari hubungan esophagus bawah dengan lambung belum sempurna, dan kapasitas dari lambung juga terbatas yaitu + 30 cc (Indrayani & Moudy, 2013).
h.      Hati
Segera setelah lahir, terjadi kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen.
i.        Keseimbangan asam basa
PH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. (Indrayani & Moudy, 2013).

4.      Pemeriksaan Pada BBL
Pengkajian setelah lahir terjadi dalam tiga tahapan. (Suwanti : 2007)
a.       Tahap I
Segera selama menit-menit pertama kelahiran menggunakan system scoring APGAR untuk fisik dan skrining GRAY untuk interaksi bayi dengan orang tua.
Klasifikasi klinik :
1.      Nilai 7-10 : bayi normal
2.      Nilai 4-6   : bayi asfiksia ringan-sedang
3.      Nilai 0-3   : bayi asfiksia berat
Tanda
Skor
0
1
2
A : Apperance colon (warna kulit)
Biru pucat
Badan merah, ekstermitas biru
Seluruh tubuh kemerahan
P : Pulse (frekuensi jantung)
Tidak ada
<100
>100
G : Grimage (rangsangan)
Tidak ada
Sedikit gerakan, minim
Menangis, batuk, bersin
A : Activity (aktivitas tonus otot)
lumpuh
Ekstermitas dalam sedikit fleksi
Gerakan aktif
R : Respiration (pernafasan)
Tidak ada
Lemah, tidak teratur
Menangis kuat

b.      Tahap II
Transisional selama aktivitas yaitu pengkajian selama 24 jam pertama juga penting.
c.       Tahap III
Periodic, pengkajian, setelah 24 jam pertama yaitu masing-masing sistem tubuh diperiksa.
  Penilaian APGAR dilakukan pada :
1’ : menentukan pelaksanaan resusitasi aktif (untuk mengetahui apakah bayi menderita asfiksia atau tidak.
5’ : menentukan kemungkinan adanya gangguan neurologi di kemudian hari untuk menghindari APGAR <7 maka penanganan sebagai berikut :
1.      Dilakukan pemeriksaan lender serta cairan pada mulut, hidung, dan mata dengan kassa.
2.      Posisi badan dibuat kepala lebih rendah agar cairan atau lender keluar dari trachea dan faring, kemudian lendir dihisap dengan penghisap lendir.
Keadaan umum : Bayi tampak sehat, aktif, tonus otot baik, menangis kuat.
Vital sign
Berat Badan, BAK ± 3-8x/hari, BAB 1x/hari
Kemampuan menghisap
                 Warna kulit
                 Tidur 18-20 jam/hari
                 Pemeriksaan Reflek
Anak yang dilahirkan mempunyai sejumlah reflek, ini merupakan dasar bayi untuk mengadakan reaksi dan tindakan aktif.
a.             Reflek Permanen
Reflek urat achialis (kontraksi otot/bisa urat daging dipukul)
Reflek urat patelair (kontraksi bawah lutut bila dipukul)
Reflek pupil (pupil mengecil bila ada sinar)
b.             Reflek sementara
Reflek morro/reflek peluk (reflek berkejut).
Reflek tonic neck (reflek otot leher) : anak akan mengangkat leher dan menoleh jika ditelungkupkan
c.             Reflek rooting : timbul karena stimulasi taktil pada pipi dan daerah mulut anak bereaksi dengan memutar kepala seakan-akan mencari putting susu.
d.            Reflek sucking : timbul bersama rangsangan pipi untuk menghisap putting susu dan menelan ASI.
e.             Reflek babinsky : bila ada rangsangan pada telapak kaki, ibu jari akan bergerak ke atas.
f.              Reflek staping : jika bayi dibuat posisi berdiri, maka akan ada gerakan seperti kaki melangkah ke depan walaupun belum dapat berjalan.
5.      Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Suhu tubuh, nadi, pernafasan bayi baru lahir bervariasi dalam berespon terhadap lingkungan.
a.         Suhu bayi
Suhu bayi dalam keadaan normal berkisar antara 36,5-37,50 C pada pengukuran diaxila.
b.        Nadi
Denyut nadi bayi yang normal berkisar 120-140 kali permenit.
c.         Pernafasan
Pernafasan pada bayi baru lahir tidak teratur kedalaman, kecepatan, iramanya. Pernafasannya bervariasi dari 30 sampai 60 kali permenit.
d.        Tekanan darah
Tekanan darah bayi baru lahir rendah dan sulit untuk di ukur secara akurat. Rata-rata tekanan darah pada waktu lahir adalah 80/64 mmHg.
6.      Penatalaksanaan Awal Pada Bayi Baru Lahir
a.       Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir. Bila bayi baru lahir segera menangis spontan atau segera menangis, hindari melakukan penghisapan secara rutin pada jalan nafasnya karena penghisapan pada jalan nafas yang tidak dilakukan secara hati-hati dapat menyebabkan perlukaan pada jalan nafas hingga terjadi infeksi, serta dapat merangsang terjadinya gangguan denyut jantung dan spasme (gerakan involuter dan tidak terkendali pada otot, gerakan tersebut diluar kontrol otak). Pada laring dan tenggorokan bayi. Bayi normal akan segera menangis segera setelah lahir. Apabila tidak langsung menangis maka lakukan:
1)    Letakkan bayi pada posisi telentang di tempat yang keras dan hangat.
2)    Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
3)    Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
4)    Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2 – 3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar agar bayi segera menangis.
b.      Memotong dan merawat tali pusat
Setelah bayi lahir, tali pusat dipotong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Luka tali pusat dibersihkan dan dirawat dengan perawatan terbuka tanpa dibubuhi apapun.
c.       Mempertahankan suhu tubuh bayi
Cegah terjadinya kehilangan panas dengan mengeringkan tubuh bayi dengan handuk atau kain bersih kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau kain yang hangat, kering, dan bersih. Tutupi bagian kepala bayi dengan topi dan anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya serta jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir karena bayi baru lahir mudah kehilangan panas tubuhnya.
d.      Pemberian vitamin K
Kejadian perdarahan karena defisiensi Vitamin K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, sekitar 0,25 – 0,5 %. Untuk mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi Vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari, sedangkan bayi resiko tinggi diberi Vitamin K perenteral dengan dosis 0,5-1 mg IM.
e.       Upaya profilaksis terhadap gangguan mata.
Pemberian obat tetes mata Eritromisin 0,5% atau Tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). (Abdul Bari Saifuddin, 2009) Tetes mata / salep antibiotik tersebut harus diberikan dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran. Upaya profilaksis untuk gangguan pada mata tidak akan efektif jika tidak diberikan dalam 1 jam pertama kehidupannya. Teknik pemberian profilaksis mata :
1)        Cuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir.
2)        Jelaskan pada keluarganya tentang apa yang anda lakukan, yakinkan mereka bahwa obat tersebut akan sangat menguntungkan bayi.
3)        Berikan salep / teki mata dalam satu garis lurus, mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata.
4)        Jangan biarkan ujung mulut tabung / salep atau tabung penetes menyentuh mata bayi.
5)        Jangan menghapus salep / tetes mata bayi dan minta agar keluarganya tidak menghapus obat tersebut.
f.       Identifikasi
        Apabila bayi dilahirkan di tempat bersalin yang persalinannya mungkin lebih dari satu persalinan, maka sebuah alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan. Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan pasien, di kamar bersalin, dan di ruang rawat bayi. Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yang halus dan tidak mudah melukai, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas. Pada alat identifikasi harus tercantum: nama (bayi, nyonya), tanggal lahir, nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. Di setiap tempat tidur harus di beri tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir dan nomor identifikasi. Sidik telapak kaki bayi dan sidik jari ibu harus dicetak di catatan yang tidak mudah hilang. Sidik telapak kaki bayi harus dibuat oleh personil yang berpengalaman menerapkan car ini, dan dibuat dalam catatan bayi. Bantalan sidik jari harus disimpan dalam ruangan bersuhu kamar. Ukurlah berat lahir, panjang bayi, lingkar kepala, lingkar perut dan catat dalam rekam medik.
g.      Mulai Pemberian ASI
        Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam waktu 1 jam setelah bayi lahir. Jika mungkin, anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya segera setlah tali pusat diklem dan dipotong berdukungan dan bantu ibu untuk menyusukan bayinya. Keuntungan peberian ASI:
1)      Merangsang produksi air susu ibu
2)      Memperkuat reflek menghisab bayi
3)      Mempromosikan keterikatan antara ibu dan bayinya
4)      Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
5)      Merangsang kontraksi uterus
Posisi untuk menyusui :
1)      Ibu memeluk kepala dan tubuh bayi secara urus agar muka bayi menghadapi ke payudara ibu dengan hidung di depan puting susu ibu.
2)      Perut bayi menghadap ke perut ibu dan ibu harus menopang seluruh tubuh bayi tidak hanya leher dan bahunya.
3)      Dekatkan bayi ke payudara jika ia tampak siap untuk menghisap puting susu, karena dapat
a)        Membantu bayinya untuk menempelkan mulut bayi pada puting susu di payudaranya.
b)        Dagu menyentuh payudara ibu.
c)        Mulut terbuka lebar.
d)       Mulut bayi menutupi sampai ke areola.
e)        Bibir bayi bagian bawah melengkung keluar.
f)         Bayi menghisap dengan perlahan dan dalam, serta kadang-kadang berhenti.
7.      Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir
a.    Sebelum bayi lahir, segera di periksakan di ruang VK. Alat-alat yang dibutuhkan :
1)      Alat penghisap lendir (aseptor aspirator).
2)      Tabung oksigen dan alat untuk membantu pernafasan bayi.
3)      Alat resusitasi untuk pemasaran seperti laringaskop kecil, kanula trachea, masker ventilaton kecil.
4)      Obat-obatan lain seperti glukosa 40%, larutan bikarbonat 75%, kalorfin sebagai antidotum morfin dan bethidin.
5)      Alat pemotong tali pusat, alat pengikat tali pusat, obat antiseptic,kain kassa steril untuk merawat tali pusat.
6)      Tanda pengenal bayi (identifikasi) sesuai dengan ibunya.
7)      Tempat tidur berserta kain katon/selimut, dan incubator
8)      Kapas, baju steril yang dipakai penolong.
9)      Stopwatch dan thermometer.
10)  Ruang yang sesuai dengan bayi, suhu 30C
b.   Pertolongan Pada Waktu Bayi Baru Lahir
1)      Mulai melakukan pembersihan lender. Pada saat keluar dengan membersihkan mulut, hidung, dan mata dengan kassa steril.
2)      Jam lahir di catat dengan stopwatch.
3)      Lendir dihisap sebersih mungkin sambil bayi ditidurkan dengan kepala lebih rendah dari kaki dan kaki dalam posisi sedikit ekstensi, supaya lender mudah keluar.
4)      Tali pusat diikat dengan baik dan bekas luka diberi antiseptic kemudian dijepit dengan klem jepit plastic atau ikat dengan benang tali pusat.
5)      Segera setelah lahir, bayi sehat akan menangis kuat, bernafas, serta menggerakkan tangan dan kakinya, kulit berwarna kemerahan.
6)      Bayi dibersihkan dan dimandikan dengan air hangat (suam-suam kuku) dari lumuran darah, air ketuban, mekonium, vernik kaseosa. Adapun yang membersihkannya dengan minyak kelapa atau minyak zaitun.
7)      Menilai APGAR score.
8)      Bayi ditimbang berat badannya dan diukur panjang  badannya saat setelah lahir kemudian catat hasilnya,
9)      Perawatan mata bayi, dibersihkan kemudian beri salep/obat.
a)      Metode crase : dengan tetesan nitras 1-2% sebanyak 2 tetes pada masing-masing mata.
b)      Penicillin salep atau geramicin salep mata.
10)  Pemeriksaan anus, alat genetalia eksterna dan jenis kelamin bayi. Pada bayi laki-laki, periksa apakah ada atau didapatkan fimosis desconsus testis krilorum telah lengkap atau belum. Di beberapa Negara barat pada bayi laki-laki segera lakukan, apalagi bila terjadi femosis.
11)  Bayi akhirnya diperlihatkan kepada ibu, ayah, dan keluarga yang mendampingi. (Mochtar, 1998).
C.     Bayi, Balita, dan Anak Pra Sekolah
1.         Kebutuhan Imunisasi
a.       Pengertian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha untuk meningkatkan kekebalan aktif seseorang terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh bayi atau anak. Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan (Depkes, 2005). Yang dimaksud dengan imunisasi dasar lengkap menurut Ranuh dkk (2001), adalah pemberian imunisasi BCG 1x, hepatitis B 3x DPT 3x, polio 4x, dan campak 1x sebelum bayi berusia 1 tahun.

b.      Tujuan Pemberian Imunisasi
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2000). Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu polio, campak, difteri, pertusis, tetanus, TBC, dan hepatitis B (Depkes, 2000).
c.       Syarat Imunisasi
Menurut Depkes RI (2005), dalam pemberian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan pada lemari es dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan teknik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang telah diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan, mencatat nomor batch pada buku anak atau kartu imunisasi serta memberikan informed concent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang timbul setelah pemberian imunisasi.
d.      Macam-macam Imunisasi Dasar Menurut Theophilus (2007)
1)      Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerrin)
Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette Guerrin hidup yang dilemahkan, diberikan secara intra cutan dengan dosis 0,05 ml pada insertio muskulus deltoideus. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mngkin terjadi :
a)        Reaksi local : 1-2 minggu setelah penyuntikkan, pada tempat suntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengam meningkatkan jaringan parut yang disebut scar. Bila tidak ada scar berarti imunisasi BCG tidak jadi, maka bila tidak jadi akan diulang dan bayi sudah berumur lebih dari 2 bulan harus dilakukan uji Mantoux (tuberculin).
b)        Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Kemungkinan yang mungkin timbul :
                                                                                 i.          Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikkan karena penyuntikkan terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
                                                                               ii.          Limfadenis supurativa, terjadi jika penyuntikkan dilakukan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
2)      Imunisasi DPT (Difteri Pertusis dan Tetanus)
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3 in 1 yang melindungi terhadap difetri, pertusis, dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius dan fatal. Pertusis (batuk rejak) adalah infeksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat meneyebakan serangan batu hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi yang serius seperti pneumonia, kejang, dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.
Vaksin DPT dapat diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 bulan. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikkan, yang disuntikkan pada otot paha secara sub kutan. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada anak saat umur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II), 4 bulan (DPT III), selang waktu tidak kurang dari 4 minggu dengan dosis 0,5 ml.
DPT sering menimbulkan efek samping yang ringan seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikkan selama beberapa har. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikkan DPT menyebabkan komplikasi sebagai berikut :
a)        Demam tinggi (> 40,5C)
b)        Kejang
c)        Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarga)
d)       Syok ( kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon)
Kontraindikasi dari pemberian imunisasi DPT adalah jika anak mempunyai riwayat kejang. Pemberian imunisasi yang boleh diberikan adalah DT, yang hanya dapat diperoleh di Puskemas (kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT) yang mengandung 10-12 Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap pemberian vaksin pertusis) (Ranuh,dkk, 2005).
1-2 hari setelah mendapat imunisasi ini, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan, atau pembengkakan di tempat penyuntikkan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, dapat diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Untuk mengurangi nyeri ditempat pennyuntikkan juga dapat dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakan lengan maupun tulang yang bersangkutan.
3)      Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomyelitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan atau tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Vaksin polio deiberikan sebanyak 2 tetes (0,2 ml) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontraindikasi pemberian vaksin polio :
a)    Diare
b)   Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid)
c)    Kehamilan
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibody sampai tingkat yang tertinggi.
4)      Imunisasi Campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Imunisasi campak diberikan sebanyak  1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan dan diulang 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara sub kutan sebanyak 0,5 mL. jika terjadi wabah campak, dan ada bayi yang belum berusia 9 bulan, maka imunisasi campak boleh diberikan. Kontraindikasi pemberian vaksin campak adalah sebagai berikut :
a)      Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38C
b)      Gangguan system kekebalan
c)      Pemakaian obat imunosupresan
d)     Alergi terhadap protein telur
e)      Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
f)       Wanita hamil
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala katarak serta ensefalitis (jarang).
5)      Imunisasi HB (Hepatitis B)
Imunisasi HB memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama (HB 0) diberikan segera setelah bayi lahir atau kurang dari 7 hari setelah kelahiran. Pada umur 2 bulan, bayi mendapat imunisasi HB 1 dan 4 minggu kemudian mendapat imunisasi HB II. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan. Vaksin disuntikkan pada otot paha secara sub kutan dalam dengan dosis 0,5 ml.
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda samapi anak benar-benar pulih. Efek samping dari vaksin HB adalah efek local (nyeri di tempat suntikan) dan sistemik (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
2.         Jadwal Imunisasi
a.       Imunisasi Dasar
Umur
Jenis
0 bulan
Hepatitis B0
1 bulan
BCG, Polio 1
2 bulan
DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan
DPT-HB-Hib 2, Polio 3
4 bulan
DPT-Hb-Hib 3, Polio 4
9 bulan
Campak

b.      Imunisasi lanjutan pada anak <3 tahun (imunisasi booster)
Umur
Jenis
18 bulan
DPT-HB-Hib
24 bulan
Campak

c.       Imunisasi lanjutan pada anak usia sekolah dasar
Sasaran
Imunisasi
Waktu Pelaksanaan
Kelas 1 SD
Campak
DT
Agustus
November
Kelas 2 SD
Td
November
Kelas 3 SD
Td
November

2.2  Teori Kebidanan
A.       Manajemen Kebidanan
Menurut Hallen Varney ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan yaitu:
1.         Langkah I : Pengkajian (Pengumpulan Data Dasar)
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. (Ambarwati, 2010), meliputi :
a.       Data Subjektif
Yaitu informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga (Hidayat, 2008).
2)      Biodata Pasien
a)      Nama bayi
Digunakan untuk membedakan antar bayi yang satu dengan yang lain. (Marmi, 2012)
b)      Umur
Untuk menginterprestasi apakah data pemeriksaan klinis bayi tersebut normal sesuai dengan umurnya. (Matondang, 2013)
c)      Tanggal/jam lahir
Untuk mengetahui kapan bayi lahir. (Kosim, 2004)
d)     Berat badan/panjang badan
Untuk mengetahui berat badan bayi, mengidentifikasi dan mengantisipasi masalah yang berhubungan dengan berat lebih rendah dan untuk mengukur panjang badan bayi. Normal berat badan bayi adalah 2500-4000 gram dan panjang badan bayi 48-52 cm. (Putra, 2012)
e)      Jenis kelamin
Untuk penilaian data pemeriksaan klinis, misalnya nilai-nilai baku, insiden seks, penyakit-penyakit seks. (Matondang, 2013)
f)       Nama ibu/ayah
Nama jelas dan lengkap, agar tidak keliru dengan orang lain. (Matondang, 2013)
g)      Umur
Untuk menambah keakuratan data. (Matondang, 2013)
h)      Pekerjaan
Guna untuk mengetahui dan mengukur tingkat social ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut. (Ambarwati, 2010)
i)        Agama dan suku bangsa
Untuk memantapkan identitas serta untuk mengetahui perilaku seseorang tentang kesehatan dan penyakit yang sering berhubungan dengan agama dan suku bangsa. (Matondang, 2013)
j)        Pendidikan
Berperan dalam pendekatan selanjutnya sesuai tingkat pengetahuannya. (Matondang,2013)
k)      Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan. (Matondang, 2013)
3)      Data Ibu
Data ibu yang meliputi :
Riwayat obstetri, frekuensi ANC, Imunisasi TT, Obat/jamu yang dikonsumsi, kenaikan BB, riwayat penyakit penyerta, komplikasi selama hamil, serta riwayat persalinan terakhir.
4)      Keadaan BBL
b.      Data Objektif
Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan khusus kebidanan, data penunjang. (Hidayat, 2008).
1)        Pemeriksaan Khusus
Dilakukan dengan pemeriksaan apgar score pada menit pertama, kelima, dan kesepuluh untuk mengetahui gejala sisa, meliputi : Appearance (warna kulit), Pulse rate (frekuensi nadi), Grimace (reaksi rangsang), Activity (tonus otot), Respiration (pernafasan). (Kosim, 2005)
2)        Pemeriksaan Umum
a)    Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum baik, sedang, lemah dari pasien (Saifuddin, 2003).
b)   Kesadaran
Untuk mengetahui kesadaran bayi meliputi tingkat kesadaran (sadar penuh yaitu memberikan respon yang cukup terhadap stimulus yang diberikan, apatis yaitu acuh tak acuh terhadap keadaan sekitarnya, gelisah yaitu tidak responsive terhadap rangsangan ringan dan masih memberikan respon terhadap rangsangan yang kuat, koma yaitu tidak dapat bereaksi terhadap stimulus atau rangsangan apapun) gerakan yang ekstrem dan ketegangan otot. (Hidayat, 2009)
c)    Tanda-tanda Vital, meliputi :
(1)     Nadi
Untuk mengetahui jumlah denyut nadi bayi dalam satu menit, sehingga diketahui normal atau tidaknya nadi bayi tersebut. Normalnya yaitu 120-160 kali/menit. (Putra, 2012)
(2)     Pernafasan BBL normal 30-60 kali/menit, tanpa retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. (Sudarti, 2013)

(3)     Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Suhu bayi normalnya adalah 36,5-37,7C. (Sudarti, 2013)
3)        Pemeriksaan Fisik
a)      Kepala
Periksa sutura, molase, caput succedaneum, cephal hematoma, hidrosefalus, ubun-ubun kecil. (Sudarti, 2013)
b)      Keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan. (Sudarti, 2013)
c)      Hidung
Periksa kebersihannya. (Sudarti, 2013)
d)     Telinga
Untuk memeriksa posisi telinga, apakah bayi terkejut/menangis dalam reaksi terhadap bunyi yang keras. (Varney, 2007)
e)      Mulut
Adakah kemungkinan adanya kelainan kongenital labio-palatoskisis, trush, sianosis, mukosa kering/basah. (Sudarti, 2013).



f)       Leher
Adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah keretakan pada clavikula (normal, rata atau tanpa gumpalan di sepanjang tulang simetris). (Varney,2007)
g)       Dada
Periksa bentuk dada, putting susu, bunyi jantung, dan pernafasan. (Sudarti, 2013)
h)      Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat saat menangis, bentuk, perdarahan tali pusat, dinding perut, adanya benjolan, gastroskisis, omfalokel. (Sudarti, 2013)
i)        Kulit
Memeriksa adanya laserasi, tanda lahir, ruam, mongolian, memar, dan setiap trauma kelahiran. (Chapman, 2006)
j)        Genetalia
Kelamin laki-laki : testis berada dalam penis berlubang dan ada di ujung penis. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia mayora, dan labia minora. (Sudarti, 2013)
k)      Ekstermitas
Adakah kelainan seperti polidaktili atau sinidaktili, adakah tulang yang retak misalnya clavikula. (Varney, 2007)
l)        Tulang Punggung
Adakah kerusakan yang terlihat misalnya masa, lekuk atau tonjolan. (Varney, 2007)
m)    Anus
Berlubang atau tidak, fungsi spingter ani. (Sudarti, 2013)
4)        Pemeriksaan Reflek
a)      Reflek morro
Tangan pemeriksa menyangga pada punggungg dengan posisi 45 derajat, dalam keadaan rileks kepala dijatuhkan 10 derajat, normalnya akan terjadi abduksi sendi bahu dan ekstensi lengan. (Dewi, 2012)


b)      Reflek rooting
Yaitu mencari putting susu dengan rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut. (Dewi, 2012)
c)      Reflek walking
Yaitu bayi akan menunjukkan respon berupa gerakan berjalan dan kaki akan bergantian dari fleksi ke ekstensi. (Dewi, 2012)
d)     Reflek grasping
Bayi akan menggenggam dengan kuat saat pemeriksa meletakkan jari telunjuk pada palmar yang ditekan dengan kuat. (Dewi, 2012)
e)      Reflek sucking
Reflek menghisap dan menelan yaitu dilihat pada waktu bayi menyusu. (Dewi, 2012)
f)       Reflek tonic neck
Letakkan bayi dalam posisi terlentang, putar kepala ke satu sisi dengan badan ditahan, ekstermitas terekstensi pada sisi kepala yang diputar, tetapi ekstermitas padda ssi lain fleksi. Pada keadaan normal, bayi akan berusaha untuk mengembalikan kepala ketika diputar ke sisi pengujian saraf asesori. (Dewi, 2012)
5)        Pemeriksaan Antropometri
a)      Lingkar kepala
Pengukuran ini dilakukan dengan meletakkan pita melingkar pada lingkar oksipito-frontal. Pengukuran yang dicatat adalah rata-rata dari tiga kali pengukuran, normlanya pada bayi 32-37 cm. (Chapman, 2006)
b)      Lingkar dada
Deteksi dini bayi berat lahir rendah, normalnya adalah 30-38 cm. (Putra, 2012)
c)      Berat badan
Menimbang berat badan tujuannya untuk mengetahui pertumbuhan bayi sehingga diketahui normal atau tidaknya pertumbuhannya. Berat badan normal bayi adalah 2500-4000 gram. (Putra, 2012)
d)     Panjang badan
Bervariasi antara 48-52 cm. (Dewi, 2012)
6)        Pola Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya BAK lebih dari 6 kali per hari. Dicurigai diare apabila frekuensi meningkat, tinja hijau atau mengandung lender atau darah. (Sudarti, 2013)
7)        Data Penunjang
Data yang diperoleh dari pemeriksaan laboratorium (Sulistyawati, 2009)
2.         Langkah II : Interpretasi Data
Pada langkah ini melakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah, dan kebutuhan bayi berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan. (Sudarti, 2013)
a.         Diagnose kebidanan
Menurut Hani dkk (2010), diagnose kebidanan adalah diagnose yang tegakkan bidan dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur diagnosis kebidanan.
1)        Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien melalui anamnesis tanda gejala subjektif yang diperoleh dari bertanya dari pasien dan atau keluarga. (Rukiyah dkk, 2009)

2)        Data Objektif
Data objektif adalah data yang menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, yang dirumuskan dalam data focus. (Rukiyah dkk, 2009)
b.        Masalah
Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosis. (Hani dkk, 2010)
c.         Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan oleh klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosis dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisis data. (Hani dkk, 2010)
3.         Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi memungkinkan dilakukan pencegahan dan kolaborasi dengan dokter dapat dilakukan, menunggu sambil menunggu pasien, bidan bersiap-siap bila masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007).
4.         Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini perlunya tindakan segera bidan atau dokter dan atau ada hal yang perlu dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi bayi. (Sudarti, 2013)
5.         Langkah V : Perencanaan
Langkah-langkah ini ditemukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnose yang telah teridentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi pasien tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya (Ambarwati, 2010)
6.         Langkah VI : Implementasi
Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan dilaksanakan secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009).
7.         Langkah VII : Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan secara terus-menerus untuk meningkatkan pelayanan secara komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuhan klien. (Hidayat, 2008)
B.       Pendokumentasian
Metode pendokumentasian yaitu dengan menggunakan metode SOAP. Semua metode dokumentasi memiliki kesamaan dalam pengkajiannya, tetapi dari semua metode tersebut yang dipakai dalam pendokumentasian asuhan kebidanan pada saat ini, yaitu memakai metode SOAP.
SOAP merupakan urutan-urutan yang dapat membantu bidan mengorganisasikan pikiran dalam pemberian asuhan yang bersifat komprehensif.
S ( Subyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O ( Obyektif )
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil lab, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesmen.
A ( Analisa )
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif dalm suatu identifikasi.
P ( Penatalaksanaan )
Mengambarkan pendokumentasian dari penatalaksanaan berdasarkan assesmen. Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar – benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan apa nyang dibutuhkan dan baik untuk pasien.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Pendahuluan Askeb Kehamilan Normal

BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Sejarah menunjukkan bahwa kebidanan merupakan salah satu profesi tertua di dunia sejak adanya peradaban umat. Profesi ini telah menduduki peran dan posisi bidan menjadi terhormat di masyarakat karena tugas yang diembannya sangat mulia dalam upaya memberikan semangat dan membesarkan hati ibu-ibu. Di samping dengan setia mendampingi dan menolong ibu-ibu dalam melahirkan sampai ibu dapat merawat bayinya dengan baik(Sujatmiko, 2005). Bidan dalam pelayanan kesehatan mempunyai peranan yang penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi asuhan kebidanan. Hal ini sesuai dengan surat keputusan menteri kesehatan tentang Standart Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan, dalam SK tersebut diatur tentang pelayanan kesehatan yang wajib dilakukan oleh kabupaten dan dibuat target 2010.Adapun SPM yang berkaitan dengan peningkatan kesehatan ibu dan anak adalah cakupan ibu hamil K4 (ibu hamil yang mendapat...

PRINSIP PENGELOLAAN PROGRAM KIA-KB DIWILAYAH KERJA

BAB I PENDAHULUAN A.     LATAR BELAKANG Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan komplikasi, bayi, dan balita. Dengan manajemen PWS KIA diharapkan cakupan pelayanan dapat menjangkau seluruh sasaran di suatu wilayah kerja sehingga kasus dengan risiko/komplikasi kebidanan dapat ditemukan sedini mungkin untuk dapat memperoleh penanganan yang memadai. Penyajian PWS KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi, informasi dan komunikasi kepada sektor terkait, khususnya aparat setempat yang berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran maupun membantu dalam memecahkan masalah non teknis misalnya: bumil KEK, ru...

Laporan Pendahuluan Askeb Nifas

BAB I PENDAHULUAN A.       LATAR BELAKANG Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI,2007) bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 248 per 100.000 kelahiran. Setelah persalinan, Wanita akan mengalami masa nifas untuk dapat mengembalikan alat- alat genetalia ke keaadaan normal. Pengembalian alat - alat genetalia berlangsung secara berangsur - angsur selama 6 minggu. Dalam waktu 6 minggu ini kemungkinan terjadi komplikasi atau kelainan- kelainan pada ibu nifas sangat besar. Untuk itu perawatan ibu nifas harus dilakukan secara baik, intensif dan tepat. Karena masa nifas merupakan masa kritis bagi ibu dan bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab tingginya kematian pada ibu nifas secara berurutan dari yang paling banyak adalah; perdarahan, infeksi,preeklamsi, eklamsi. Sebagai tenaga kesehatan, kita harus mengurangi ...